Saturday 9 September 2017

Awal Mula nan Pertama

Riang dan senyum kau lempar
Salam dan hibur sudah diberi
Sesekali tarian dan ajakann dipetik gitar
Seisi ruang juga seakan ikut menjadi saksi
Tak lupa lentikan mata ikut kau Tarik

Aku masih dalam lamunanku
Tertegun dan ingin segera pulang
Sesekali menggerutu
Lalu membatu karna lelah
Aku masih coba bersembunyi
Tak ada yang perlu tau
Tak ada yang akan tau, Gumamku

Lalu
Kau kudapati
Masih penuh malu kala itu
Hangat dan menyala nyaliku
Kau berlari
Tapi masih memperhatikan nyatanya
Kau bersembunyi dengan senyum kecil
Kugoda tuk marilah menyapaku
Aku sudah sadar, aku bukan perayu handal
Kau tak hiraukan
Malah hanya tinggalkan simpul pesan
"apa kau kini masih ingin pulang?"

tiga bagi satu

Saya rindu
tunggu dulu
kamu tak perlu

tetaplah disitu
kataku
aku menunggu


aku hendak menertawai senyummu
dan tadi malam senyummu menghampiri aku
kau tanya, tentang waktu?



tetaplah dongeng malam itu terjaga, sampai kau pulang lalu aku terbangun. aku sadar dan kita masih sangat jauh. tak ada yang tersentuh, tak ada percakapan dikala sore yang kujannjikan, atau tak ada perjalanan mengintari kota yang sempat kau tawarkan. dan, tak ada jawab untuk semua tanya rapi kusiapkan dalam memoku kala itu, harapku kau akan bercerita dan sesekali aku menarik pelukmu kala kau ingin pulang karna tersadar hari nyaris berakhir.

Seisi Aksara Kepala

Malam berlalu hingga pagi
Kita tak kian jadi
Sedangkan rindu nyalanya dan tak ingin pergi

Kau tau
Aku tak begitu
Kita kini bertamu

Menangis lalu merindu
Aku tak siap (lagi) menahan pelukmu
dihari yang dulu kau mau

Binasah, lalu kembali
Tak ada langit yang membiru, kataku
Kau jawab dengan cumbu
Aku terlalu banyak menabuh rindu
Hari itu



Kuta Kota kita
Terlalu cepat kau habiskan dengan cerita
Lantas kubalas dengan dosa

Kau bianglala yang membiru
Semua cerita kita telan jadi satu
Setelahnya jadi asing dan tak tau-menau

Silahkan merindu
Aku mulai jenuh
Kaupun tak lagi tau
Aku sudah membiru
Mati dan membeku
dan kini, bagaimana nasibmu?
Kutanya dimana namamu?

Selesai Saja

Kecewa dibalas dengan kecewa
Terimakasih sudah mengajarkanku tentang banyak hal
Salah satunya, tentang menunggu
Kau mungkin adalah perunggu
Siap mati demi usaha yang tak kenal waktu
Atau aku saja yang mesti jadi batu?
Berkelit dan merengkuh rindu yang lain
Sambil sesekali menawarkan pulang


Harusnya aku lebih cepat pulang
Berlindung dibalik kamar rumah
Lalu melahap beberapa masakan bunda

Harusnya juga kau tak perlu kusapa
Agar tak ada rasa ingin jumpa
dan tak pula ada rasa kecewa karna sempat terlupa


Harusnya dia tak ikut jadi bagian dari kita
dan kau tak perlu bermuka api ketika melihatnya
Kemudian dia pun tak perlu sungkan menawarkan "mari kuantarkan berkeliling kota.."



Aku akan (segera) pulang, dan kau akan datang. lagi-lagi kita bukan alasan untuk bersama. mungkin hanya untuk alasan, kenapa waktu itu dia harus aku pindahkan.







(Bukittinggi, 2 September 2017)

(masih) salahku

menurutku, beberapa kisah yang tak menarik tak perlu repot-repot dibuatkan tulisannya, kukira kau bukan salah satunya. memberi luka juga me...