Monday 24 December 2012

Sejenak Saja

Sejenak Saja, 
Kau hadir didunia ku dengan membawa berjuta nyawa.
Sempat membuat lamunku yakin kaulah yang terindah
Walau ku tau, takkan ada hal yang abadi,bahkan tentang cinta
Sejenak Saja,
Setidaknya kunjungi mimpiku
Kunjungi jiwa yang kosong ini.
Aku selalu menunggumu
Walau hal itu kini jadi hal yang paling mustahil
 Rindu ini coba ingatkan ku dengan semua kenangan tentangmu
Tapi, kurasa tak ada gunanya kunikmati rindu ini hanya dengan separuh hati
Kamu kan jadi yang terbaik
Walau semua tak sebaik yang kumau kini
Tak ada lagi senyum,canda, bahkan suara khasmu
Disini, Sejenak saja. 

Thursday 20 December 2012

Strange,Foreign,Beauty

-->
               Sebuah sesal takkan berarti jika objek tidak lagi membutuhkan sang subjek yang dimana diketahui saling berkaitan. Entah hanya karena kesalahan kecil ataupun semuanya memang sudah fatal. Tapi inilah kenyataannya jika sebuah hati tak lagi bisa ditarik dengan gaya magnet sekuat apapun. Bila separuh hati takkan pulang dengan separuh hati lain nya. Mungkinkah separuh hati itu telah temukan hati yang lain? Atau separuh hati ini telah begitu menyakiti separuh hati nya sehingga tak ada lagi harapan untuk menyatukan keduanya? Mungkin hanya waktu dan tuhan yang bisa menjawab keduanya.

Tak tau harus ku awali dari mana semuanya, yang pasti dia adalah sosok wanita yang selalu mampu buatku tak henti melihatnya, saat itu terduduk ditengah-tengah sebuah baris jajar. Aku yang dari kejauhan saat itu awalanya tak begitu mengenalinya, karna mungkin saat itu aku sedang bertugas sebagai coordinator barisan dan mengatur yang lainnya. Wajahku semakin berminyak dan tubuh ini rasanya semakin lelah saja untuk bergerak, ‘’aah.. aku baru ingat, aku hari ini tidak begitu fit jadi wajar saja aku langsung begitu lelah saat baru 15 menit-an bekerja’’ Ujar batinku saat itu.

Tak lama, akupun permisi dengan ketua acara saat itu untuk membasuh wajahku dengan sedikit air agar tidak begitu terlihat saat itu aku sedang sakit, tak lupa aku membeli sebotol air mineral untuk me-Netral-kan lemas badanku. Kemudian tibalah aku di gerbang sebuah ruang dengan kapasitas terbesar di sekolahku yang sering kami sebut ruang Aula. Tak lama kemudian terduduklah aku dengan sebotol air mineral yang baru saja kubeli. Selang beberapa saat kemudian, terjadilah sebuah percakapan singkat dengan ketua kami saat itu.
“Wooy,Min!! tumben, diem aja, biasanya kau paling heboh.’’ Tegur intan sambil meneguk air mineral yang baru kubeli tadi.
“Oooh.. itu, iyah nih,Ntan. Aku lagi gak enak badan hari ini, kayaknya bakalan sakit’’ Balasku dengan sedikit santai
“Yaudah-yaudah, kau duduk bareng Selvia aja sana, temenin dia yang sakit juga’’ Sambil menunjuk Selvia yang sedang asik ngobrol dengan Widya
“Ogah.. liat deh si Selvia, lagi gossip bareng Widya nah.. entar kalo aku ganggu kan jadi gak asik lagi mereka, bagusan disini aja jugak, kali aja ada malaikat nongol hahahaa’’ Jawab aku dengan sedikit menghibur Intan yang terlihat sedikit mulai marah.
Tak lama kemudian Intan menyuruh anak-anak yang lain untuk sesegera mungkin memulai acara pembukaan penerimaan anggota baru di Xskul kami. Semetara itu, aku tampak lebih santai dengan duduk dibelakang dengan coba sesekali mengatur adik-adik kelas yang kulihat tahun ini begitu variatif dan aktif.
 
Para Calon anggota baru dengan wajah sok Polos.
Setelah selesai beberapa acara, tibalah di acara makan bersama. Kali ini aku ditugaskan untuk memastikan para calon anggota baru saat itu memilki bekal dari rumahnya, karna acara penerimaan anggota baru hari ini akan berlangsung hingga sore hari. Dan sangat riskan jika melewatkan satu orang saja yang tidak membawa bekal makan siangnya. Kupastikan semua anak-anak memiliki bekal makanannya, dan sesekali kulihat apa saja bekal mereka yang mereka bawa. Dan ternyata begitu beragam. Hingga sampailah aku ke sebuah barisan yang mayoritasnya berasal dari satu kelas. Dan aku cukup terkejut karna mereka udah mulai seperti ibu-ibu PKK atau Girlband JKT48 lengkap dengan AKB48-nya,
“Heh? Kelen dari satu kelas yah? Tanya aku dengan cukup lantang karna jumlah mereka yang begitu banyak.
‘’Yadooooooong!!!!!!!!!!!” Jawab mereka dengan sombong bagaikan kerajaan Majapahit memenangkan undian mobil dari sebuah undian perabot rumah tangga.
‘’Kelas berapa cobaklah kelen ini? Kok aku kayaknya gapernah masuk yah?’’ Tanyaku kembali
‘’Kami masuk dari hati kakak,kak.’’ Jawab seorang anak yang lebih mirip dengan tokoh Jiny Oh Jiny di film Cinta Fitri season 9
‘’Ciyah? Seriusan, daftar sama Walikelas apa sama Pembina kami? ‘’ Tanyaku kembali dengan rasa penasaran beribu juta watt
‘’Sama kak Dian kak, dia baik banget loh. Oh yah? Kak dian nya mana yah kak?’’ Aku yang mulai bingung saat itu memilih lari dari meja itu,
Tak tau mengapa, aku hanya terdiam dan memilih duduk dibalik pintu Aula yang tertutup, kulihat awan yang begitu cerah dan sesekali terlihat beberapa mahluk Ghaib, mahluk setengah hidup yang kali ini lebih mirip dengan anak TK yang berebut karna makanan mereka. Dan kemudian datanglah sang Ibu yang mulai memarahinya karna sang anak adalah seorang anak superman. Nah loh? Gak nyambung. Lanjut deh,
“Woyyyy Min!!!!!!!!!!” Intan datang sambil mengejutkan aku yang sedang berkhayal.
‘’Astagfirullah.. Ntan, seneng yah lihat temen nya mati? Entar kalo aku mati kau gamau nyumbang,’’ Jawab aku dengan terkejut.
‘’Kau pun, siang-siang gini bukan nya bantuin yang lain, malah bengong disini. Eh?? Ada yang mirip sama kau loh???” Kali ini Intan menguatkan suaranya yang hingga terdengar sampai ujung barisan.
‘’SIAPA,NTANNNNNN!!!!!!!!!!!!!!!!’’ Jawab aku dengan suara yang tak kalah kuat.
‘’Itu, lupa aku namanya, anak kelas 1 calon anggota baru kita. Kalian mirip loh,’’ Kata intan dengan coba meyakinkan aku.
‘’Tadak, kau kira nya aku ini dilahirkan kayak kue lapis, ada edisi selanjutnya?’’ Bantah aku dengan spontan
‘’Tanyak Dian aja deh, kalo kau masih gapercaya, Diaaaaaaan…. Diaaaaan… ‘’Jawab intan sambil memanggil Dian.
Kemudian, datanglah Dian bersama Ais yang saat itu sedang asik membahas sesuatu.
‘’Apa Ntan?’’ Jawab Dian.
‘’Ini, anak ini mirip Amin kan?’’ Tanya Intan sambil menunjuk ke seorang anak yang saat ditunjuk hanya bisa bingung, karna ia fikir saat  itu dia dituduh telah menggelapkan uang nasabah bank century.
‘’Iiih… ia loh!!!!!!!!! Min…. Min… sini deh, ‘’ panggil Dian sambil menarik tanganku yang sedikit sakit.
‘’iiihhh!!!!!!!! Apaan sih, Dian? Intan!!! Dari tadi deh, capek tau mondar-mandir kayak gosokan.’’
Jawabku dengan sedikit nada marah.
‘’liat dong, anak ini mirip sama kau tauk,siapa namanya dek?’’ Tanya dian sambil sedikit tersenyum.
‘’Ulfa Davira,kak ‘’ Jawab anak itu dengan sok lugu.
‘’Mirip gimana cobak? Dia cewek, aku cowok? Mirip dari mana???’’ Tanya aku dengan bingung.
‘’Kata orang, kalo mirip itu jodoh loh,min Ciyeeeeeee’’ Jawab Intan dengan maksud mengejek.
Setelah aku dikenalkan dengan anak itu, aku pun kembali ketempat lamunan awalku tadi. Tak lama kemudian aku terfikir, ‘’Ia jugak sih, anak itu mirip sama aku’’ sambil sesekali melihat anak itu yang duduk diapit oleh dua orang temannya dan sesekali memamerkan berlian terbaiknya saat itu, Senyumnya.
Aku saat itu hanya bisa terdiam dan takjub dan nyaris saja lutut-ku meleleh seperti aku saat itu adalah coklat dan dia adalah pancaran matahari, aku meleleh. Sejenak, aku membayangkannya adalah seorang Bidadari dengan senyum tersempurna hari itu. Tak ada lagi wanita yang kulihat sejak kubayangkan dia. Entah itulah yang dinamakan cinta pandangan pertama yang sempat aku benci, karna tidak masuk akal. Bagaimana mungkin sebuah perjumpaan singkat bisa membuat sebuah hati berdetak dengan begitu dahsyat hingga diatas angka normalnya.
Waktu pun saat itu, tak mampu untuk menahanku lebih lama melihat senyumnya saat itu. Setidaknya menahanku dan dia saja diruang itu tanpa seorang pun dan aku diberikan kesempatan untuk mengetahui siapakah dia sebenarnya? Lalu, tentunya menikmati senyum ringannya yang nyaris saja menghempaskan jari-jariku kedasar Bumi. Melihat senyumnya seraya menikmati kado terindah yang diberikan bumi untukku tahun ini.
Tak terasa, waktu pun berlalu dan kami harus secepatnya pergi ke lokasi lapangan, sesuai jadwal yang telah ditentukan. Aku beserta rombongan yang lain sesegera mungkin membersihkan ruangan Aula untuk kemudian kami tinggalkan. Sementara itu, dilapangan sudah bersiap para anggota lain yang siap membuat para peserta anggota baru pada saat pulang nanti tidak hanya mendapatkan rasa lelah, tapi juga ilmu dan arti persahabatan.
Sesampainya di lokasi, sudah ada tim yang telah menyambut mereka agar tidak terjadi kesalahan saat tiba di lokasi, tapi aku sedikit telat sampai ditujuan karna ada hal yang harus kupersiapkan ketika di perjalanan. Ada rencana mendadak rupanya, aku diperankan akan beradu argumentasi dengan Dian lalu ia menuduh aku lah yang mencuri hp nya yang hilang.
Sesampainya aku dilokasi, aku hanya terbodoh. “Kenapa yang lain udah pada sampek yah?”              
Ku-senderkan tas yang kupakai ke sebuah dinding yang ada di dekatku, tapi setelah aku coba untuk kembali berdiri, aku melihat sebuah senyum (lagi) yang mencoba untuk mengusikku, tapi aku tidak diam saja. Aku coba menghampirinya sambil menyaksikan setiap gerak dari seorang anak pemilik senyum itu. Dan saat semua game telah berakhir, aku yang bersiap bergabung dengan panitia yang lain mendapati seorang anak yang sedang memegangi jarinya yang sepertinya tergores dan berdarah, yah, aku awalnya panic banget. Tapi entah ada angin putting beliung apaan aku bisa tenang.
Masih dalam posisi bingung, kudongakkan kepala ku, ternyata anak itu adalah dia.’’Pantas aja aku tenang banget, gak ada paniknya. Permaisurinya didepan aku’’ lamun ku dalam hati.
Tak lama ku cari peralatan P3K seadanya saat itu, karna aku mulai panic dengan keadaan (re: Parno) ku dapati sebuah kotak P3K, dan ternyata hanya sebuah obat merah yang kutemukan. Entah bagaimana caranya. Ku tuangkan tetes demi tetes obat merah itu ke jarinya. Walau kudengar suara jeritan kecil menahan perih. ‘’Tahan dikit, kalo gak gini entar takutnya infeksi’’ Ujar ku sambil menenangkannya.
Tak beberapa lama kembali lah kami berdua kedalam kerumunan barisan yang sedang dikerjai oleh beberapa anggota Senior dan Alumni. Beberapa peserta mencoba mencari tau apa yang terjadi antara aku dengan si anak tadi, tapi aku coba untuk mengalihkan pembicaraan dan menjaga titik focus para peserta. Dan sekali lagi, aku dimanjakan dengan senyum indah dengan sedikit tawa kecil. ‘’Jangan sampai aku ketahuan, kalo aku lagi liatin senyumnya’’ Gumamku.
Dan, saat yang ku tunggu pun tiba, Dian yang saat itu tiba-tiba menangis ditutupi sapu tangan (re: pura-pura nangis) dan Ridho yang saat itu memulai semuanya, dia mulai menanyakan “Min, lihat Hp Dian gak?’’
‘’Mana ku tau, aku dari tadi disini loh’’ Jawabku denga sedikit lantang
Dibarisan, para anggota sudah terlihat panic sekaligus bingung, dan sesekali anggota yang lain memastikan kalau aku jangan sampai lepas Control dalam sandiwara kecil ini. Dan kukatakan pada yang lain. ‘’ Pande kali kelen bah, baru mau jadi anggota aja udah maling-maling, gak tanggung-tanggung seniornya juga jadi korban’’ para peserta semakin bingung dengan apa yang terjadi.
‘’Udah deh, aku malas yah di tuduh gini, periksa aja satu-satu tas mereka. Dapat orang-nya ku pijak-pijak langsong!’’ Tantang aku dengan nada tinggi.
Setelah beberapa lama di geledah, dapatlah Hp yang dimaksud. Ternyata tidak hanya Hp Dian yang hilang, Hp Dian dan Ridho kami dapati di tas 2 anak yang kamu ketahui namanya Jihan dan Inggri.
Tak berapa lama, mereka berdua menangis dan Jihan sampai berkata
‘’Bukan saya yang ngambil, saya gak level lah sama hp yang gituan, kalo saya mau saya bisa minta sama mama saya’’ Ujarnya sambil menangis.
Tak berapa lama, muncul lah Bu Nur Asiah yang tiba-tiba nongol mencairkan suasana dan memeluk Jihan dan Inggri dan kami para Panitia menyanyikan Happy Birthday bagi mereka.

  
Kemudian, sampai lah di ujung acara, seluruh peserta di izinkan untuk pulang dan di ingatkan jika minggu depan mereka akan berkegiatan di ruangan.

“Akhirnya, selesai juga hari ini!!! Lelah bener, tapi kayak gaterasa sih, yah gak sal? Tanyaku kepada Faisal
‘’Iyah,Meen. Prediksi aku capek banget. Tapi kok gak terasa yah?? Heran deh hahaaha’’ jawab Faisal.
              
               ‘’Sampai juga dirumah, Huh! Penat sekali rasanya hari ini, besok gak mau kemana-mana deh, mau manjain badan dulu hahaha’’ Gumamku dalam hati.
               Selesai mandi, aku pun berbaring disebuah pulau kapuk yang nyaris tak pernah bosan ku tempati, bahkan tak pernah protes siapa dan apa saja yang telah tumpah di pulau itu, oke karna mungkin dia benda mati kalo enggak mungkin dia bakal meronta-ronta lalu melaporkan aku ke KomNas HAM. *jleeb.
               ‘’Wah, update Twitter asik nih, malam minggu ini lagi pula kan?’’ Tanyaku dalam hati.
               Setelah ku cek twitter ku, kujumpai sebuah mention dari seseorang yang seperti dari namanya aku tidak begitu asing, namun rasa penasaranku saat itu melebihi kuota internet di hp ku saat itu, ‘’Waaaaaw!!!! What the…amsyoong!! Anak itu mention aku, bahkan dia minta followback aku!!!”
               Tak bisa ku ungkapkan dengan kata-kata rasa senang yang kudapat malam itu, walau mama harus marah-marah karena gak les ( lagi ) (re:cabut) tapi, rasa senang ini udah ngalahin semuanya, bahkan saat itu aku nyaris lupa kalau aku lah yang sebagai Senior harus lebih menjaga sikap, tapi mungkin karena benih cinta itu mulai tumbuh, dan tumbuh di orang yang tepat.
               Dari sebuah hal yang kecil memang, tapi dari hal kecil itu pula aku dibuatnya bahagia. Ada rasa penasaran yang berlanjut lalu rasa khawatir yang begitu gila saat aku melakukan sedikit saja kesalahan. Entah itu kusadari atau tidak, yang jelas dia begitu memikat hatiku. Senyum nya saat itu sukses buat aku selalu keter boneeng memble nyarikin dia. Contohnya, saat bel istirahat, aku keluar terus apa yang aku lihat? Aku cuman lihat ke atas, trus palingan gak lama dia nongol.
               Dan setelah melewati masa PDKT yang cukup ribet dan tarik ulur, kami pun resmi jadian. Aku ingat banget, awal kami jadian, yang kefikiran di kepala aku saat itu cuman ‘’Jangan buat satu kesalahan kecil yang bersifat bodoh yang buat dia pergi’’ setidaknya dalam tahap 2 minggu kami jadian, aku sukses bertahan di titik terbosan menurutku saat itu. Walau, terkadang aku sedikit parno-an untuk semua ini.
               Aku hanyut dalam buai senyumnya saat itu, dan aku semakin menyayanginya dan tentu aku tak ingin kehilangan dia,  walau dengan alasan apapun. Tapi, ternyata tuhan memiliki rencana lain buat ini semua. Aku pun mulai ceroboh, aku hanya terdiam dijalan ini. Sementara dia telah jauh berjalan dengan bayaang semu-ku. Dan akhirnya dia sadar, ‘’Buat apa aku terus-terusan berjalan dijalan ini? Aku hanya memeluk bayaa semunya bukan dirinya’’ dan akhirnya dia memilih untuk menepi dari jalan ini.
               Bodohnya aku saat itu, aku baru tersadar dari mimpi panjangku ketika ia telah jenuh dengan semua ini. Dia terlalu banyak berjuang untuk semua ini, dan aku menemui sebuah jejak tapak. Kutemukan separuh hati yang telah dilepas. Aku hanya bisa terdiam dan merintih sambil sesekali tertawa, ‘’ini mimpi kan? Hehe..’’ Tanya batinku. Tapi inilah kenyataan terpahit yang kuterima, dia tak pernah salah. Hanya aku yang begitu bodoh dengan tidak menjaga apa yang kumiliki.
Mentari baru saja hilang dari singgahsananya
Tak lagi berada disisi tentramnya
Tak pula di tempat yang ia inginkan
Ia kini bersembunyi dibalik semilir angin

Tak lagi kutemukan indahnya pelangi
Begitu pun dengan senja
Kini, hanya ada bongkahan batu dan kibaran api
Bongkahan batu yang begitu keras
Dan pula dengan kibaran api yang panas

Perlahan namun pasti aku mulai kehilangan indahnya
Berawal dari sebuah senyumnya.
Lalu raut manjanya
Hingga akhirnya aku harus melepaskanya.

Mentari tak lagi mampu menghangatkannya
Pelangi pun tak lagi bisa beri dia warna
Dia lebih memilih sang bulan dengan sejuta kemisteriusannya
Untuk Sang Mentari yang tak lagi berada diposisi terindahnya.




Mhd Aminullah.
Penulis/Pengarang Cerita.

Thursday 13 September 2012

Melayang

Ketika hujan tak bisa menemaniku lagi disini, dan matahari pun enggan tuk kembali, mungkin mereka mengerti apa yang aku rasakan. Dan mereka tidak ingin masuk kedalam masalah ini. Aku pun tak ingin melibatkan siapapun kedalam masalahku. rindu ini serasa membawaku melayang entah kemana arah tujuannya. Aku hanya mencoba menikmatinya dan sesekali yakin kan ada orang disana yang merasa rindu yang sama dengan apa yang aku rasakan.
Kadang aku coba untuk tetap yakin bahwa rinduku akan melayang kekamu dan suatu saat kau kan menyadarinya. entah apapun dan bagaimanapun tanggapanmu saat itu. Keyakinan ini aku jaga terus dari awal aku mencintaimu, jangan risau atau khawatir.. aku tak akan sanggup untuk menyankitimu. aku akan tetap menajaga rasa ini dan juga rindu ini melayang terbang sesuka hatinya kemanapun ia mau.
Berharap dan berusaha setiap malamnya telah menjadi makanan wajib untukku, berdoa kau hadir dan menyapaku itu menjadi harapan awalku. Tapi akan terasa gila saat itu benar terjadi, dan aku hanya bisa terdiam dan menghindar darimu. Aku mungkin egois, tapi inilah caraku mencintaimu, dengan cara kau kubuat hanya menjadi orang yang tak selalu harus tau bahwa aku disini merindumu.
Semua kenangan dari awal kita bertemu itu menjadi hal yang sangat indah buat aku, dari yang awalnya hanya perkenalan singkat yang task resmi hingga aku coba masuk ke kehidupanmu dan berharap kau menyambutku. Tapi terlepas dari semua itu, mungkin aku yang salah awalnya. Terlalu nekad untuk yakin bisa melayang dihatimu tanpa mengerti situasi dan kondisi yang ada. aku mungkin salah atas perasaan ini, maafkanlah aku yang tak selalu bisa berani menatap matamu. karna awal aku mencintaimu adalah kekhilafan aku yang terlalu berani menikmati indahnya cinta dimata indahmu. Dan kini, aku masih melayang diatas langit-langit hatimu, walau aku tau kan ada hujan,badai, dan matahari yang mampu hancurkan aku.

Wednesday 1 August 2012

Mereka

Dear, My “EX” Best..
Seketika, aku teringat dengan mereka. Mereka yang pernah mengenalkan aku dengan indahnya dunia ketika aku dihadapkan pada suatu kelelahan dan kebosanan yang sangat memuncak. Bukan bagaimana sekarang mereka bersikap didepan aku, atau aku bersikap didepan mereka. Tapi ini karna suatu kerinduan yang begitu besar untuk sekedar berjumpa, nongkrong bareng, hang out bareng, curhat sana-sini, atau pun berdebat atas suatu masalah yang cukup bisa menghangatkan suasana.
               Mereka didepan aku, mereka masih bisa ku lihat dengan mata kepala ku sendiri. Tapi rasanya terasa jauh untuk menegur sapa, apa kabar kalian hari ini kawan? Masihkah kalian ingat aku yang dulu “sempat menjadi” teman kalian. Bagaimana kah dengan masalah-masalah yang dulu sempat kita bahas bersama-sama? Masihkah aku bisa jadi teman kalian? Atau memang aku yang menjauh,karna aku merasa ada yang berbeda diantara kita.
               Aku punya alasan sendiri, kenapa aku menjauh dari kalian. Bukannya seperti kacang yang lupa pada kulitnya. Tapi ini karna pilihanku, kehidupan kalian sudah kurasa jauh dari kemampuanku. Cukup sekali rasanya aku mengecewakan orang tuaku, aku tak mau kembali menjadi beban baginya. Mungkin ini terlalu egois bagi kalian. Tapi inilah caraku kawan, aku tak mau semakin ikut dan terjerumus. Aku memiliki adik laki-laki dan perempuan yang akan melihatku nantinya.
               Apa aku sukses, apa aku rusak. Itu lah yang akan menjadi panutan bagi mereka nantinya. Aku ingin bersikap lebih bijak saja sekarang. Terserah kalian, apa kalian ingin membenci ku dengan cara kalian sendiri. Apa pun yang kalian lakukan diluar sana kawan, ingatlah orang-orang yang merindukan kalian dirumah. Apapun masalah kalian dirumah, bagaimanapun kondisinya, dimana pun kalian berada kalian takkan lepas dari doa mereka.
               Aku bukan malaikat kawan, aku juga bukan iblis. Aku menjauh dari kalian hanya karna aku takut atau segan member ide yang lebih inspiratif untuk kita lakukan bersama. Aku merasa sebagai orang yang paling kerdil dalam segala hal dari kalian hanya bisa lakukan ini. Aku memilih jalan ini, dan aku siap dengan konsekuensinya, yah.. kehilangan kalian yang sangat berarti sebelumnya untukku. Semua cerita indah yang kita coba rangkai dalam satu tahun mungkin takkan bisa kembali seperti dulu lagi.
               Aku selalu berdoa yang terbaik untuk kalian dimana pun kalian berada sekarang, nanti, besok dan seterusnya kalian sudah terbaik bagiku, tapi aku kan lebih baik jika tanpa kalian sekarang. Mungkin itulah yang dapat aku rasakan sekarang. Aku kan tetap ingat kalian sampai kapanpun, apapun yang terjadi, bagaimanapun nantinya, dimanapun aku berada, dengan siapapun aku nanti, dan kalian kan tetap yang terbaik untukku sebagai penerang langkahku dihari kemarin.

Salam manis dari sahabat kalian Mhd Aminullah 

Untuk kalian, Kate,Minuk,Hasbi,Cakel,DilaPesek,MamakeNope,Bima,Agel,Bayu,Ona,Elsa.

Monday 30 July 2012

Sang Jawara Tanpa Mahkota

 Atas : Aku, dan Tira
Bawah : Hera dan Rani




Bermula dari sebuah pertemuan yang aku anggap adalah sebuah pertemuan menuju hal yang membuatku hingga seperti ini, ingin sedih tidak memiliki hak, namun ingin senang tapi nyatanya, hatiku tak berkata demikian. Hari itu aku kira adalah sebuah hari yang akan menjadi catatan sejarah untuk perjalanan hidup aku. Walau ku belum mengenal siapa sebenarnya kamu.

               Jantungku saat itu seperti berdetak dengan kecepatan diatas maksimal,ditambah lagi dengan cairan titik jernih yang mulai tumpah dari tubuhku. Ketika surat kertas izin keluar itu masuk ke kelasku dan namaku pun di sebutkan untuk menemui salah satu PKS disekolahku. Saat itu, semua rasa cemas ku dan rasa pasrah bersatu hingga akhrinya aku telah tiba didepan kantor PKS. Dengan wajah yang pasrah dan setengah bingung aku masuk.
               Nyatanya, disitu aku salah. Saat itu, aku hanya berfikir aku telah menjadi salah satu korban kesalahan nama pemanggil di PKS, ditambah lagi dengan tidak ada nya penghuni di PKS yang membuatku semakin curiga. Tak lama kemudian, datanglah dini yang tadi masuk ke kelasku untuk memanggil aku untuk menemui PKS, ternyata ia salah. Harusnya aku masuk kekantor kepala sekolah, untuk menemui rekan-rekan yang sudah cukup lama menungguku.
               Rasa bingung dan ditambah lagi dengan deg-degan pun aku mulai melangkah ke kantor kepala sekolah, ketika sampai didalamnya aku ditatap tajam oleh salah satu orang disitu, yaitu pingky. Aku sendiri baru kenal dia pada diruang itu dan pas saat itu ia menggunakan baju dengan bet nama yang terang . mungkin diantara yang lain ini pingky adalah orang yang paling familiar di telingaku, karna ada beberapa temanku pernah bercerita tentang pingky ini kepadaku.
               Tidak hanya pingky yang familiar ditelingaku, juga ada tira, dia adalah salah satu primadona yang cerdas di sekolah kami, tercatat beberpa kali juga tira adalah pemilik beasiswa beberapa kali. Karna kepintaran nya figa, rekan ku dikelas satu dulu, sempat mengagumi tira. Dengan senyum dan sedikit lesung pipit di pipi nya membuatnya kian sempurna ketika tersenyum.
               Lalu, juga ada rani. Rani ini kebetulan adalah teman tetangga kelasku, mungkin diantara yang lain dia lah yang paling sering kuliat setiap harinya karna kelas kami yang hanya dibatasi sebuah dinding. Rani ini cukup terkenal di bidang nya dengan keahlihan akutansi nya yang sangat akurat.
               Yang terakhir hera, hera ini salah satu murid kesayangan dari salah satu guru favoritku disekolah. Dengan style polosnya mungkin tak ada yang tau dia adalah seorang penyiar radio swasta dikotaku. Bakat dan kemampuan nya mungkin yang paling unik diantara yang lain. Terkadang serius namun terkadang membuat suasana menjadi ramai.
               Setelah aku meminta maaf kepada mereka, aku langsung duduk dan tak lama kemudian masuklah dini, disitu aku mulai kesal dengannya. Tapi tak lama kemudian dia meminta maaf, lalu berkata kami adalah tim kontingen yang akan mewakili sekolah kami di suatu perlombaan debat. Aku yang saat itu hanya bingung dan masih kesal hanya bisa diam, ketika yang lain pertanyakan jadwal lomba yang berbenturan dengan jadwal olimpiade mereka.
               Tak lama kemudian, dini melemparkan sebuah pertanyaan yang tak kuduga sebelumnya. “min? kau ikutkan? Kau udah disini soalnya. Ikut deh yah? Biar ada ahli IT kita? Kan, kata adit kau ahli tuh yang teori gitu-gituan?”
               Pertanyaan itu membuat aku makin terpojok,ditambah lagi mereka memakai nama salah satu teman sekaligus Ketua OSIS disekolah kami. Tak lama kemudian pingky,hera,tira, mulai ikut mempengaruhiku untuk ikut kedalam tim mereka. Aku yang mulai tidak nyaman dengan serangan dari mereka bertiga mencoba untuk mengelak dan diam berjuta bahasa.
               “min!!! mau apa gak? Ini batas pendaftaran nya hari ini jam 12 loh?”  kali ini pertanyaan ini lebih lantang ditanyakan oleh dini kepadaku,
               “hmm.. iya deh.. aku ikut aja.. yang mana baiknya..” aku mencoba untuk tenang,walau dalam hatiku aku tak bisa diam, apa lagi dibentak di kantor kepala sekolah oleh orang lain.
               Setelah dari situ, aku mulai kembali yakin kalo aku tadinya itu sedang di kerjain. Karna sebelumnya, gak ada sama sekali konfirmasi ke aku untuk lomba ini. Tak lama kemudian sampailah aku di kelas dan tak lama aku duduk dikursi panasku, tiba-tiba beribuan pertanyaan menyerbu aku dari teman-teman di ikuti dengan bu irna saat itu. Karna saat itu aku males jelasin sama mereka semua. Aku cuman senyum dan aku rasa mereka cukup mengerti dengan bahasa ku kali ini.
               Setelah sesampainya dirumah, aku teringat oleh ucapan pingky,tira,hera dan rani tadi disekolah, aku pun masih sangat penasaran dengan orang yang memasukkan aku dalam tim itu. Walau disatu sisi aku sangat senang. Tapi rasa penasaran ku tak mau kalah dengan rasa senangku. Beberapa hari kemudian aku dihubungi oleh hera yang menyuruhku untuk menemuinya di salah satu tempat makan yang biasa jadi tempat tongkrongan banyak pelajar umumnya disekitar situ.
               Aku masih ragu untuk datang, karna yang ku tau saat itu hanya ada hera dan rani disana. Setelah beberapa kali rasa bimbang hinggap, aku putuskan untuk menemui mereka. Setibanya disana, aku seperti merasa kembali dikerjai oleh mereka. Aku melihat tak ada satu pun dari mereka berempat. Ditambah lagi dengan hera yang saat itu aku coba telfon dan ternyata tidak diangkat. Setelah aku menunggu 15 menit ternyata mereka sudah ada didalam. Dan bodohnya aku saat itu, aku hanya mencari mereka diluar.
               “amin yah?” ujar pingky dengan sedikit senyumnya.
               “loh… kok tau yah??” dengan sedikit rasa bingung karna, jujur.. saat itu aku yang sedang sedikit kacau mulai tidak focus dengan orang di depan aku.
               “hahaha.. aku pingky loh.. kita bakal 1 tim di lomba itu entar.”
              

               Dengan rasa malu dan rasa kacau yang bercampur aku pun minta maaf ke pingky yang saat itu aku tebak dia sedang berfikir bahwa aku adalah anak yang sombong, karna mudah lupa dengan orang yang baru ia kenal.
               Tak lama kemudian, datang lah seorang bidadari yang aku sebut saat itu. Yang sempat membuatku malu dan kacau. Kehadirannya ini yang paling ku tunggu awalnya, karna ada beberapa pertanyaan yang mengganjal di benakku ketika selesai pertemuan beberapa hari yang lalu di kantor itu.
               Hari yang ditunggu pun datang, sesuai peraturan dan perjanjian yang telah kami berempat sepakati aku, hera,pingky,tira dan rani langsung berkoordinasi satu sama lain untuk melaksanakan tugas kami masing-masing. Dan kesulitan dalam lomba ini sendiri, kami harus bekerja sama dan harus selalu berkomunasi dalam 20 hari penuh. Ini semakin membebani kami, ditambah lagi dengan tidak terlalu mendukungnya fasilitas dan orang-orang disekitar kami saat itu.
               Pengumuman minggu pertama, kedua, kami kalah telak. Perbedaan poin yang sangat jauh kami rasakan. Apa lagi dengan semakin membludaknya tugas-tugas akhir semester yang sama sekali tidak bisa di pending saat itu. Adu strategi, adu argument diantara kami membuat minggu-minggu terakhir lomba ini kian panas. Hingga kami akhirnya mulai frustasi dan merelakan juara pertama ditangan rival kami.
               Walau akhirnya kami harus kalah, aku salut dengan semangat mereka yang tak pernah padam. Walau mereka sendiri tau, peluang menang itu semakin hari kian menipis. Kami cukup menghargai rival kami ini. “Lomba ini pun tutup oleh persahabatan yang takkan lekang oleh waktu” ujar tira salah satu rekan tim yang tak pernah lelah mengingatkan kami untuk kompak dan tetap solid.
               Rasa haruku, tak terbendung ketika pada hari puncak rival kami memegang piala sebagai tanda mereka lah penguasa lomba 20 hari itu. Aku,tira,hera dan rani memberikan applause tanda kami mengakui merekalah pemenang sejati. Kami juara, kamilah juara! Juara tanpa mahkota.

Tuesday 10 July 2012

Kisah Setubruk Rasa Sepi

Tau gak... aku disini kespian loh..
Tay gak... aku disini masih aja sendiri loh..
Ditengah-tengah mereka, yang dengan beribu kesamaan yang sama.
Sementara aku? ketika aku mulai dapat setitik kesuksesan menghampiri aku, aku hanya dianggap angin lalu.
Seakan tak berguna.
Tapi? bagaimana jika kesalahan menghampiri aku? aku lah korban pertama yang akan di eksekusi.
Kenapa harus aku?
Kenapa harus aku?
"Yaah!!.. karna kau memang yang paling berbeda dari kami"
Seakan-akan jawaban itu datang ketika aku bertanya dalam hatiku.
Apa aku salah dalam melangkah?
Atau aku salah melakukan pilihan?
Atau.. Memang yang seperti inikah yang harus aku rasakan?
Aku tak bisa menjadi seperti mereka memang,
Dan aku takkan bisa menjadi selalu dibayangan mereka.
Terkadang.. aku berfikir, aku ingin melepaskan ikatan ini.
Tapi hati aku masih belum setuju kalo aku ingin meninggalkan ikatan ini.
Aku sangat merasa seperti ada beban yang aku rasakan ketika menggunakan atribut ini.
Dengan sikap dan sifatku yang seperti ini. Apa aku masih pantas bergabung dan menyatu dengan mereka?
Aku seperti seorang narapidana yang selalu akan siap menerima hukuman dan para algojo-algojo yang tersedia.
Disatu sisi, ini adalah lingkungan dimana setiap detiknya lahir setitik ilmu dan pemikiran baru yang tercipta dari aku, mereka dan semuanya.
Ketika dominasi mereka semakin kuat disini?
Ketika pemikiran aku tak dibutuhkan lagi?
Ketika ide aku telah dianggap sampah oleh mereka?
Ketika aku menjadi seorang anak kecil yang tak memiliki kepercayaan dari ibunya.
Aku pun terdiam dan hanya berbicara ketika aku butuhkan saja.
Disini aku tak ingin melukai perasaan siapapun.
Aku hanya mencoba ingin menuangkan isi hatiku selama durasai yang hanya waktu yang akan menghitung nya.

Arti Dibalik Kata "Bahagia"

setidaknya, sebelum aku mengenal KAMU,DIA,dan MEREKA hidup aku mulai kembali berwarna.
selalu berharap bisa berharap cepat-cepat ketemu kalo lagi suntuk,bete, atau pun lagi senang.
kayaknya malah MEREKA lebih ngerti aku ini gimana,
walaupun MEREKA  gatau aku.
MEREKA selalu  memiliki cara buat aku untuk tersenyum kembali.
mungkin memang ini terasa berlebihan untuk mereka,
tapi inilah kenyataan nya yang aku rasakan.
aku sampai "nyaris" ngerasain MEREKA lebih buat aku "bahagia" dari pada yang keluarga aku lakuin ke aku.
meski awalnya aku harus ngerasain cinta dan kangen ini sama KAMU.
atau aku merasa di khianati oleh MEREKA.
tapi terlepas dari itu semua, MEREKA  emang arti dari bahagia aku.
setidaknya, MEREKA... DIA... KAMU...memang sangat berarti dihidup aku.
terlepas dari semua kesalahan dan hal-hal yang mengganjal dihati aku.
MEREKA  memang "pernah'' menjadi penyejuk hati ini.
DIA  memang sang sahabat.
dan KAMU pemillik hati ini.


"aku tak berharap jadi sang peneduh jiwa KALIAN,MEREKA,dan KAMU yang sedih, tapi aku disini masih bersedia jadi sebuah tameng yang akan tergores,atau harus sekalipun patah demi melindungi hati KALIAN,MEREKA, dan KAMU''

Friday 6 July 2012

Jeritan Para Orang Beruntung

Pernah dengar “orang pintar dikalahkan oleh orang cerdik, lalu orang cerdik dikalahkan oleh orang yang beruntung?”
Buat apa anda cerdas?
Buat apa anda cerdik?
Buat apa anda beruntung?
Jika semua itu hanya anda manfaatkan sendiri? Tanpa anda mampu berbagi. Mungkin hari ini anda beruntung memiliki kemampuan dan cerdas.  Tapi bagaimana jika kemampuan yang anda punya itu bisa anda bagikan kepada orang yang beruntung, namun kurang cerdas??
anda didunia tidak untuk hidup 1000 tahun. Terkutuk lah anda jika mengatakan orang lain “bodoh” atau saya mulai mengerti dengan keseimbangan ilmu sains dan ilmu social didunia ini.


Kita coba mulai bicarakan tentang mengapa anda pantas dikatakan orang “terkutuk”
Dari mana kemampuan anda yang anda dapat. Bukan kah setitik kemampuan yang anda dapat itu ada pada orang yang kurang cerdas itu?
Bukan karna anda memiliki IQ yang diatas rata-rata. Atau karna anda memiliki materi yang melimpah. Atau pernah lihat orang yang kurang cerdas, tapi memiliki kesempatan dan timing yang pas? Dia bisa membuktikan kepada dunia. Bahwa dunia tidak hanya dimiliki oleh orang-orang yang berI-Q brilliant???
Ketika anda memberi tekanan atau melecehkan orang yang kurang beruntung, anda tau wahai orang cerdas, apa yang ada di benak mereka???
mereka mendapatkan beribu energy keberuntungan setelah itu. Mungkin tidak mereka rasakan.
Tapi antara orang beruntung dan orang yang cerdas seperti orang dibidang sains dan orang di bidang social.  Keduanya saling membutuhkan. Bukan nya memang seharusnya manusia itu adalah mahluk social yang saling membutuhkan, dan tidak bisa lepas dari interaksi social yang kental? Sebagaimana pun pendiam atau tertutupnya anda, anda pasti membutuhkan orang lain kawan. Jangan sesatkan dirimu dengan ilmu yang kau punya. Alangkah sangat berguna ilmu yang anda punya jika anda bisa berbagi.



(masih) salahku

menurutku, beberapa kisah yang tak menarik tak perlu repot-repot dibuatkan tulisannya, kukira kau bukan salah satunya. memberi luka juga me...