Sebuah sesal takkan berarti
jika objek tidak lagi membutuhkan sang subjek yang dimana diketahui saling
berkaitan. Entah hanya karena kesalahan kecil ataupun semuanya memang sudah
fatal. Tapi inilah kenyataannya jika sebuah hati tak lagi bisa ditarik dengan
gaya magnet sekuat apapun. Bila separuh hati takkan pulang dengan separuh hati
lain nya. Mungkinkah separuh hati itu telah temukan hati yang lain? Atau
separuh hati ini telah begitu menyakiti separuh hati nya sehingga tak ada lagi
harapan untuk menyatukan keduanya? Mungkin hanya waktu dan tuhan yang bisa
menjawab keduanya.
Tak tau harus ku awali dari mana
semuanya, yang pasti dia adalah sosok wanita yang selalu mampu buatku tak henti
melihatnya, saat itu terduduk ditengah-tengah sebuah baris jajar. Aku yang dari
kejauhan saat itu awalanya tak begitu mengenalinya, karna mungkin saat itu aku
sedang bertugas sebagai coordinator
barisan dan mengatur yang lainnya. Wajahku semakin berminyak dan tubuh ini
rasanya semakin lelah saja untuk bergerak, ‘’aah.. aku baru ingat, aku hari ini
tidak begitu fit jadi wajar saja aku langsung
begitu lelah saat baru 15 menit-an bekerja’’ Ujar batinku saat itu.
Tak lama, akupun permisi dengan
ketua acara saat itu untuk membasuh wajahku dengan sedikit air agar tidak
begitu terlihat saat itu aku sedang sakit, tak lupa aku membeli sebotol air
mineral untuk me-Netral-kan lemas badanku. Kemudian tibalah aku di gerbang
sebuah ruang dengan kapasitas terbesar di sekolahku yang sering kami sebut
ruang Aula. Tak lama kemudian terduduklah aku dengan sebotol air mineral yang
baru saja kubeli. Selang beberapa saat kemudian, terjadilah sebuah percakapan
singkat dengan ketua kami saat itu.
“Wooy,Min!! tumben, diem aja,
biasanya kau paling heboh.’’ Tegur intan sambil meneguk air mineral yang baru
kubeli tadi.
“Oooh.. itu, iyah nih,Ntan. Aku
lagi gak enak badan hari ini, kayaknya bakalan sakit’’ Balasku dengan sedikit
santai
“Yaudah-yaudah, kau duduk bareng Selvia
aja sana, temenin dia yang sakit juga’’ Sambil menunjuk Selvia yang sedang asik
ngobrol dengan Widya
“Ogah.. liat deh si Selvia, lagi
gossip bareng Widya nah.. entar kalo aku ganggu kan jadi gak asik lagi mereka,
bagusan disini aja jugak, kali aja ada malaikat nongol hahahaa’’ Jawab aku
dengan sedikit menghibur Intan yang terlihat sedikit mulai marah.
Tak lama kemudian Intan menyuruh
anak-anak yang lain untuk sesegera mungkin memulai acara pembukaan penerimaan
anggota baru di Xskul kami. Semetara itu, aku tampak lebih santai dengan duduk
dibelakang dengan coba sesekali mengatur adik-adik kelas yang kulihat tahun ini
begitu variatif dan aktif.
Para Calon anggota baru dengan wajah sok Polos.
Setelah selesai beberapa acara,
tibalah di acara makan bersama. Kali ini aku ditugaskan untuk memastikan para
calon anggota baru saat itu memilki bekal dari rumahnya, karna acara penerimaan
anggota baru hari ini akan berlangsung hingga sore hari. Dan sangat riskan jika
melewatkan satu orang saja yang tidak membawa bekal makan siangnya. Kupastikan
semua anak-anak memiliki bekal makanannya, dan sesekali kulihat apa saja bekal
mereka yang mereka bawa. Dan ternyata begitu beragam. Hingga sampailah aku ke
sebuah barisan yang mayoritasnya berasal dari satu kelas. Dan aku cukup
terkejut karna mereka udah mulai seperti ibu-ibu PKK atau Girlband JKT48
lengkap dengan AKB48-nya,
“Heh? Kelen dari satu kelas yah?
Tanya aku dengan cukup lantang karna jumlah mereka yang begitu banyak.
‘’Yadooooooong!!!!!!!!!!!” Jawab
mereka dengan sombong bagaikan kerajaan Majapahit memenangkan undian mobil dari
sebuah undian perabot rumah tangga.
‘’Kelas berapa cobaklah kelen ini?
Kok aku kayaknya gapernah masuk yah?’’ Tanyaku kembali
‘’Kami masuk dari hati kakak,kak.’’
Jawab seorang anak yang lebih mirip dengan tokoh Jiny Oh Jiny di film Cinta Fitri
season 9
‘’Ciyah? Seriusan, daftar sama Walikelas
apa sama Pembina kami? ‘’ Tanyaku kembali dengan rasa penasaran beribu juta
watt
‘’Sama kak Dian kak, dia baik
banget loh. Oh yah? Kak dian nya mana yah kak?’’ Aku yang mulai bingung saat
itu memilih lari dari meja itu,
Tak tau mengapa, aku hanya terdiam
dan memilih duduk dibalik pintu Aula yang tertutup, kulihat awan yang begitu
cerah dan sesekali terlihat beberapa mahluk Ghaib, mahluk setengah hidup yang
kali ini lebih mirip dengan anak TK yang berebut karna makanan mereka. Dan
kemudian datanglah sang Ibu yang mulai memarahinya karna sang anak adalah
seorang anak superman. Nah loh? Gak nyambung. Lanjut deh,
“Woyyyy Min!!!!!!!!!!” Intan datang
sambil mengejutkan aku yang sedang berkhayal.
‘’Astagfirullah.. Ntan, seneng yah
lihat temen nya mati? Entar kalo aku mati kau gamau nyumbang,’’ Jawab aku
dengan terkejut.
‘’Kau pun, siang-siang gini bukan
nya bantuin yang lain, malah bengong disini. Eh?? Ada yang mirip sama kau
loh???” Kali ini Intan menguatkan suaranya yang hingga terdengar sampai ujung
barisan.
‘’SIAPA,NTANNNNNN!!!!!!!!!!!!!!!!’’
Jawab aku dengan suara yang tak kalah kuat.
‘’Itu, lupa aku namanya, anak kelas
1 calon anggota baru kita. Kalian mirip loh,’’ Kata intan dengan coba
meyakinkan aku.
‘’Tadak, kau kira nya aku ini
dilahirkan kayak kue lapis, ada edisi selanjutnya?’’ Bantah aku dengan spontan
‘’Tanyak Dian aja deh, kalo kau
masih gapercaya, Diaaaaaaan…. Diaaaaan… ‘’Jawab intan sambil memanggil Dian.
Kemudian, datanglah Dian bersama Ais
yang saat itu sedang asik membahas sesuatu.
‘’Apa Ntan?’’ Jawab Dian.
‘’Ini, anak ini mirip Amin kan?’’
Tanya Intan sambil menunjuk ke seorang anak yang saat ditunjuk hanya bisa
bingung, karna ia fikir saat itu dia
dituduh telah menggelapkan uang nasabah bank century.
‘’Iiih… ia loh!!!!!!!!! Min…. Min…
sini deh, ‘’ panggil Dian sambil menarik tanganku yang sedikit sakit.
‘’iiihhh!!!!!!!! Apaan sih, Dian?
Intan!!! Dari tadi deh, capek tau mondar-mandir kayak gosokan.’’
Jawabku dengan sedikit nada marah.
‘’liat dong, anak ini mirip sama
kau tauk,siapa namanya dek?’’ Tanya dian sambil sedikit tersenyum.
‘’Ulfa Davira,kak ‘’ Jawab anak itu
dengan sok lugu.
‘’Mirip gimana cobak? Dia cewek,
aku cowok? Mirip dari mana???’’ Tanya aku dengan bingung.
‘’Kata orang, kalo mirip itu jodoh
loh,min Ciyeeeeeee’’ Jawab Intan dengan maksud mengejek.
Setelah aku dikenalkan dengan anak
itu, aku pun kembali ketempat lamunan awalku tadi. Tak lama kemudian aku
terfikir, ‘’Ia jugak sih, anak itu mirip sama aku’’ sambil sesekali melihat anak
itu yang duduk diapit oleh dua orang temannya dan sesekali memamerkan berlian
terbaiknya saat itu, Senyumnya.
Aku saat itu hanya bisa terdiam dan
takjub dan nyaris saja lutut-ku meleleh seperti aku saat itu adalah coklat dan
dia adalah pancaran matahari, aku meleleh. Sejenak, aku membayangkannya adalah
seorang Bidadari dengan senyum tersempurna hari itu. Tak ada lagi wanita yang
kulihat sejak kubayangkan dia. Entah itulah yang dinamakan cinta pandangan
pertama yang sempat aku benci, karna tidak masuk akal. Bagaimana mungkin sebuah
perjumpaan singkat bisa membuat sebuah hati berdetak dengan begitu dahsyat hingga
diatas angka normalnya.
Waktu pun saat itu, tak mampu untuk
menahanku lebih lama melihat senyumnya saat itu. Setidaknya menahanku dan dia
saja diruang itu tanpa seorang pun dan aku diberikan kesempatan untuk
mengetahui siapakah dia sebenarnya? Lalu, tentunya menikmati senyum ringannya
yang nyaris saja menghempaskan jari-jariku kedasar Bumi. Melihat senyumnya
seraya menikmati kado terindah yang diberikan bumi untukku tahun ini.
Tak terasa, waktu pun berlalu dan
kami harus secepatnya pergi ke lokasi lapangan, sesuai jadwal yang telah
ditentukan. Aku beserta rombongan yang lain sesegera mungkin membersihkan
ruangan Aula untuk kemudian kami tinggalkan. Sementara itu, dilapangan sudah
bersiap para anggota lain yang siap membuat para peserta anggota baru pada saat
pulang nanti tidak hanya mendapatkan rasa lelah, tapi juga ilmu dan arti
persahabatan.
Sesampainya di lokasi, sudah ada
tim yang telah menyambut mereka agar tidak terjadi kesalahan saat tiba di
lokasi, tapi aku sedikit telat sampai ditujuan karna ada hal yang harus
kupersiapkan ketika di perjalanan. Ada rencana mendadak rupanya, aku diperankan
akan beradu argumentasi dengan Dian lalu ia menuduh aku lah yang mencuri hp nya
yang hilang.
Sesampainya aku dilokasi, aku hanya
terbodoh. “Kenapa yang lain udah pada sampek yah?”
Ku-senderkan tas yang kupakai ke
sebuah dinding yang ada di dekatku, tapi setelah aku coba untuk kembali
berdiri, aku melihat sebuah senyum (lagi) yang mencoba untuk mengusikku, tapi
aku tidak diam saja. Aku coba menghampirinya sambil menyaksikan setiap gerak
dari seorang anak pemilik senyum itu. Dan saat semua game telah berakhir, aku yang bersiap bergabung dengan panitia yang
lain mendapati seorang anak yang sedang memegangi jarinya yang sepertinya
tergores dan berdarah, yah, aku awalnya panic banget. Tapi entah ada angin
putting beliung apaan aku bisa tenang.
Masih dalam posisi bingung,
kudongakkan kepala ku, ternyata anak itu adalah dia.’’Pantas aja aku tenang
banget, gak ada paniknya. Permaisurinya didepan aku’’ lamun ku dalam hati.
Tak lama ku cari peralatan P3K seadanya
saat itu, karna aku mulai panic dengan keadaan (re: Parno) ku dapati sebuah
kotak P3K, dan ternyata hanya sebuah obat merah yang kutemukan. Entah bagaimana
caranya. Ku tuangkan tetes demi tetes obat merah itu ke jarinya. Walau kudengar
suara jeritan kecil menahan perih. ‘’Tahan dikit, kalo gak gini entar takutnya
infeksi’’ Ujar ku sambil menenangkannya.
Tak beberapa lama kembali lah kami
berdua kedalam kerumunan barisan yang sedang dikerjai oleh beberapa anggota
Senior dan Alumni. Beberapa peserta mencoba mencari tau apa yang terjadi antara
aku dengan si anak tadi, tapi aku coba untuk mengalihkan pembicaraan dan
menjaga titik focus para peserta. Dan sekali lagi, aku dimanjakan dengan senyum
indah dengan sedikit tawa kecil. ‘’Jangan sampai aku ketahuan, kalo aku lagi
liatin senyumnya’’ Gumamku.
Dan, saat yang ku tunggu pun tiba,
Dian yang saat itu tiba-tiba menangis ditutupi sapu tangan (re: pura-pura
nangis) dan Ridho yang saat itu memulai semuanya, dia mulai menanyakan “Min,
lihat Hp Dian gak?’’
‘’Mana ku tau, aku dari tadi disini
loh’’ Jawabku denga sedikit lantang
Dibarisan, para anggota sudah
terlihat panic sekaligus bingung, dan sesekali anggota yang lain memastikan
kalau aku jangan sampai lepas Control dalam sandiwara kecil ini. Dan kukatakan
pada yang lain. ‘’ Pande kali kelen bah, baru mau jadi anggota aja udah
maling-maling, gak tanggung-tanggung seniornya juga jadi korban’’ para peserta
semakin bingung dengan apa yang terjadi.
‘’Udah deh, aku malas yah di tuduh
gini, periksa aja satu-satu tas mereka. Dapat orang-nya ku pijak-pijak
langsong!’’ Tantang aku dengan nada tinggi.
Setelah beberapa lama di geledah,
dapatlah Hp yang dimaksud. Ternyata tidak hanya Hp Dian yang hilang, Hp Dian
dan Ridho kami dapati di tas 2 anak yang kamu ketahui namanya Jihan dan Inggri.
Tak berapa lama, mereka berdua
menangis dan Jihan sampai berkata
‘’Bukan saya yang ngambil, saya gak
level lah sama hp yang gituan, kalo saya mau saya bisa minta sama mama saya’’
Ujarnya sambil menangis.
Tak berapa lama, muncul lah Bu Nur
Asiah yang tiba-tiba nongol mencairkan suasana dan memeluk Jihan dan Inggri dan
kami para Panitia menyanyikan Happy Birthday bagi mereka.
Kemudian, sampai lah di ujung
acara, seluruh peserta di izinkan untuk pulang dan di ingatkan jika minggu
depan mereka akan berkegiatan di ruangan.
“Akhirnya, selesai juga hari ini!!!
Lelah bener, tapi kayak gaterasa sih, yah gak sal? Tanyaku kepada Faisal
‘’Iyah,Meen. Prediksi aku capek
banget. Tapi kok gak terasa yah?? Heran deh hahaaha’’ jawab Faisal.
‘’Sampai
juga dirumah, Huh! Penat sekali rasanya hari ini, besok gak mau kemana-mana
deh, mau manjain badan dulu hahaha’’ Gumamku dalam hati.
Selesai
mandi, aku pun berbaring disebuah pulau kapuk yang nyaris tak pernah bosan ku
tempati, bahkan tak pernah protes siapa dan apa saja yang telah tumpah di pulau
itu, oke karna mungkin dia benda mati kalo enggak mungkin dia bakal
meronta-ronta lalu melaporkan aku ke KomNas HAM. *jleeb.
‘’Wah,
update Twitter asik nih, malam minggu ini lagi pula kan?’’ Tanyaku dalam hati.
Setelah
ku cek twitter ku, kujumpai sebuah mention dari seseorang yang seperti dari
namanya aku tidak begitu asing, namun rasa penasaranku saat itu melebihi kuota
internet di hp ku saat itu, ‘’Waaaaaw!!!! What the…amsyoong!! Anak itu mention
aku, bahkan dia minta followback aku!!!”
Tak bisa
ku ungkapkan dengan kata-kata rasa senang yang kudapat malam itu, walau mama
harus marah-marah karena gak les ( lagi ) (re:cabut) tapi, rasa senang ini udah
ngalahin semuanya, bahkan saat itu aku nyaris lupa kalau aku lah yang sebagai Senior
harus lebih menjaga sikap, tapi mungkin karena benih cinta itu mulai tumbuh,
dan tumbuh di orang yang tepat.
Dari
sebuah hal yang kecil memang, tapi dari hal kecil itu pula aku dibuatnya
bahagia. Ada rasa penasaran yang berlanjut lalu rasa khawatir yang begitu gila saat
aku melakukan sedikit saja kesalahan. Entah itu kusadari atau tidak, yang jelas
dia begitu memikat hatiku. Senyum nya saat itu sukses buat aku selalu keter
boneeng memble nyarikin dia. Contohnya, saat bel istirahat, aku keluar terus
apa yang aku lihat? Aku cuman lihat ke atas, trus palingan gak lama dia nongol.
Dan
setelah melewati masa PDKT yang cukup ribet dan tarik ulur, kami pun resmi
jadian. Aku ingat banget, awal kami jadian, yang kefikiran di kepala aku saat
itu cuman ‘’Jangan buat satu kesalahan kecil yang bersifat bodoh yang buat dia
pergi’’ setidaknya dalam tahap 2 minggu kami jadian, aku sukses bertahan di
titik terbosan menurutku saat itu. Walau, terkadang aku sedikit parno-an untuk
semua ini.
Aku
hanyut dalam buai senyumnya saat itu, dan aku semakin menyayanginya dan tentu
aku tak ingin kehilangan dia, walau
dengan alasan apapun. Tapi, ternyata tuhan memiliki rencana lain buat ini
semua. Aku pun mulai ceroboh, aku hanya terdiam dijalan ini. Sementara dia
telah jauh berjalan dengan bayaang semu-ku. Dan akhirnya dia sadar, ‘’Buat apa
aku terus-terusan berjalan dijalan ini? Aku hanya memeluk bayaa semunya bukan
dirinya’’ dan akhirnya dia memilih untuk menepi dari jalan ini.
Bodohnya
aku saat itu, aku baru tersadar dari mimpi panjangku ketika ia telah jenuh
dengan semua ini. Dia terlalu banyak berjuang untuk semua ini, dan aku menemui
sebuah jejak tapak. Kutemukan separuh hati yang telah dilepas. Aku hanya bisa
terdiam dan merintih sambil sesekali tertawa, ‘’ini mimpi kan? Hehe..’’ Tanya batinku.
Tapi inilah kenyataan terpahit yang kuterima, dia tak pernah salah. Hanya aku
yang begitu bodoh dengan tidak menjaga apa yang kumiliki.
Mentari baru saja
hilang dari singgahsananya
Tak lagi berada
disisi tentramnya
Tak pula di tempat
yang ia inginkan
Ia kini bersembunyi
dibalik semilir angin
Tak lagi kutemukan
indahnya pelangi
Begitu pun dengan
senja
Kini, hanya ada
bongkahan batu dan kibaran api
Bongkahan batu yang
begitu keras
Dan pula dengan
kibaran api yang panas
Perlahan namun pasti
aku mulai kehilangan indahnya
Berawal dari sebuah
senyumnya.
Lalu raut manjanya
Hingga akhirnya aku
harus melepaskanya.
Mentari tak lagi
mampu menghangatkannya
Pelangi pun tak lagi
bisa beri dia warna
Dia lebih memilih
sang bulan dengan sejuta kemisteriusannya
Untuk Sang Mentari
yang tak lagi berada diposisi terindahnya.
Ketika hujan tak bisa menemaniku lagi disini, dan matahari pun enggan tuk kembali, mungkin mereka mengerti apa yang aku rasakan. Dan mereka tidak ingin masuk kedalam masalah ini. Aku pun tak ingin melibatkan siapapun kedalam masalahku. rindu ini serasa membawaku melayang entah kemana arah tujuannya. Aku hanya mencoba menikmatinya dan sesekali yakin kan ada orang disana yang merasa rindu yang sama dengan apa yang aku rasakan.
Kadang aku coba untuk tetap yakin bahwa rinduku akan melayang kekamu dan suatu saat kau kan menyadarinya. entah apapun dan bagaimanapun tanggapanmu saat itu. Keyakinan ini aku jaga terus dari awal aku mencintaimu, jangan risau atau khawatir.. aku tak akan sanggup untuk menyankitimu. aku akan tetap menajaga rasa ini dan juga rindu ini melayang terbang sesuka hatinya kemanapun ia mau.
Berharap dan berusaha setiap malamnya telah menjadi makanan wajib untukku, berdoa kau hadir dan menyapaku itu menjadi harapan awalku. Tapi akan terasa gila saat itu benar terjadi, dan aku hanya bisa terdiam dan menghindar darimu. Aku mungkin egois, tapi inilah caraku mencintaimu, dengan cara kau kubuat hanya menjadi orang yang tak selalu harus tau bahwa aku disini merindumu.
Semua kenangan dari awal kita bertemu itu menjadi hal yang sangat indah buat aku, dari yang awalnya hanya perkenalan singkat yang task resmi hingga aku coba masuk ke kehidupanmu dan berharap kau menyambutku. Tapi terlepas dari semua itu, mungkin aku yang salah awalnya. Terlalu nekad untuk yakin bisa melayang dihatimu tanpa mengerti situasi dan kondisi yang ada. aku mungkin salah atas perasaan ini, maafkanlah aku yang tak selalu bisa berani menatap matamu. karna awal aku mencintaimu adalah kekhilafan aku yang terlalu berani menikmati indahnya cinta dimata indahmu. Dan kini, aku masih melayang diatas langit-langit hatimu, walau aku tau kan ada hujan,badai, dan matahari yang mampu hancurkan aku.
Seketika, aku teringat dengan
mereka. Mereka yang pernah mengenalkan aku dengan indahnya dunia ketika aku
dihadapkan pada suatu kelelahan dan kebosanan yang sangat memuncak. Bukan bagaimana
sekarang mereka bersikap didepan aku, atau aku bersikap didepan mereka. Tapi ini
karna suatu kerinduan yang begitu besar untuk sekedar berjumpa, nongkrong
bareng, hang out bareng, curhat sana-sini, atau pun berdebat atas suatu masalah
yang cukup bisa menghangatkan suasana.
Mereka
didepan aku, mereka masih bisa ku lihat dengan mata kepala ku sendiri. Tapi rasanya
terasa jauh untuk menegur sapa, apa kabar kalian hari ini kawan? Masihkah kalian
ingat aku yang dulu “sempat menjadi” teman kalian. Bagaimana kah dengan
masalah-masalah yang dulu sempat kita bahas bersama-sama? Masihkah aku bisa
jadi teman kalian? Atau memang aku yang menjauh,karna aku merasa ada yang
berbeda diantara kita.
Aku punya
alasan sendiri, kenapa aku menjauh dari kalian. Bukannya seperti kacang yang
lupa pada kulitnya. Tapi ini karna pilihanku, kehidupan kalian sudah kurasa
jauh dari kemampuanku. Cukup sekali rasanya aku mengecewakan orang tuaku, aku
tak mau kembali menjadi beban baginya. Mungkin ini terlalu egois bagi kalian. Tapi
inilah caraku kawan, aku tak mau semakin ikut dan terjerumus. Aku memiliki adik
laki-laki dan perempuan yang akan melihatku nantinya.
Apa aku
sukses, apa aku rusak. Itu lah yang akan menjadi panutan bagi mereka nantinya. Aku
ingin bersikap lebih bijak saja sekarang. Terserah kalian, apa kalian ingin
membenci ku dengan cara kalian sendiri. Apa pun yang kalian lakukan diluar sana
kawan, ingatlah orang-orang yang merindukan kalian dirumah. Apapun masalah
kalian dirumah, bagaimanapun kondisinya, dimana pun kalian berada kalian takkan
lepas dari doa mereka.
Aku bukan
malaikat kawan, aku juga bukan iblis. Aku menjauh dari kalian hanya karna aku
takut atau segan member ide yang lebih inspiratif untuk kita lakukan bersama. Aku
merasa sebagai orang yang paling kerdil dalam segala hal dari kalian hanya bisa
lakukan ini. Aku memilih jalan ini, dan aku siap dengan konsekuensinya, yah..
kehilangan kalian yang sangat berarti sebelumnya untukku. Semua cerita indah
yang kita coba rangkai dalam satu tahun mungkin takkan bisa kembali seperti
dulu lagi.
Aku selalu
berdoa yang terbaik untuk kalian dimana pun kalian berada sekarang, nanti,
besok dan seterusnya kalian sudah terbaik bagiku, tapi aku kan lebih baik jika
tanpa kalian sekarang. Mungkin itulah yang dapat aku rasakan sekarang. Aku kan
tetap ingat kalian sampai kapanpun, apapun yang terjadi, bagaimanapun nantinya,
dimanapun aku berada, dengan siapapun aku nanti, dan kalian kan tetap yang
terbaik untukku sebagai penerang langkahku dihari kemarin.
Salam manis dari sahabat kalian Mhd Aminullah
Untuk kalian, Kate,Minuk,Hasbi,Cakel,DilaPesek,MamakeNope,Bima,Agel,Bayu,Ona,Elsa.
Bermula dari sebuah pertemuan yang aku anggap adalah sebuah
pertemuan menuju hal yang membuatku hingga seperti ini, ingin sedih tidak
memiliki hak, namun ingin senang tapi nyatanya, hatiku tak berkata demikian.
Hari itu aku kira adalah sebuah hari yang akan menjadi catatan sejarah untuk
perjalanan hidup aku. Walau ku belum mengenal siapa sebenarnya kamu.
Jantungku
saat itu seperti berdetak dengan kecepatan diatas maksimal,ditambah lagi dengan
cairan titik jernih yang mulai tumpah dari tubuhku. Ketika surat kertas izin
keluar itu masuk ke kelasku dan namaku pun di sebutkan untuk menemui salah satu
PKS disekolahku. Saat itu, semua rasa cemas ku dan rasa pasrah bersatu hingga
akhrinya aku telah tiba didepan kantor PKS. Dengan wajah yang pasrah dan setengah
bingung aku masuk.
Nyatanya,
disitu aku salah. Saat itu, aku hanya berfikir aku telah menjadi salah satu
korban kesalahan nama pemanggil di PKS, ditambah lagi dengan tidak ada nya
penghuni di PKS yang membuatku semakin curiga. Tak lama kemudian, datanglah
dini yang tadi masuk ke kelasku untuk memanggil aku untuk menemui PKS, ternyata
ia salah. Harusnya aku masuk kekantor kepala sekolah, untuk menemui rekan-rekan
yang sudah cukup lama menungguku.
Rasa
bingung dan ditambah lagi dengan deg-degan pun aku mulai melangkah ke kantor
kepala sekolah, ketika sampai didalamnya aku ditatap tajam oleh salah satu
orang disitu, yaitu pingky. Aku sendiri baru kenal dia pada diruang itu dan pas
saat itu ia menggunakan baju dengan bet nama yang terang . mungkin diantara
yang lain ini pingky adalah orang yang paling familiar di telingaku, karna ada
beberapa temanku pernah bercerita tentang pingky ini kepadaku.
Tidak
hanya pingky yang familiar ditelingaku, juga ada tira, dia adalah salah satu
primadona yang cerdas di sekolah kami, tercatat beberpa kali juga tira adalah
pemilik beasiswa beberapa kali. Karna kepintaran nya figa, rekan ku dikelas
satu dulu, sempat mengagumi tira. Dengan senyum dan sedikit lesung pipit di
pipi nya membuatnya kian sempurna ketika tersenyum.
Lalu,
juga ada rani. Rani ini kebetulan adalah teman tetangga kelasku, mungkin
diantara yang lain dia lah yang paling sering kuliat setiap harinya karna kelas
kami yang hanya dibatasi sebuah dinding. Rani ini cukup terkenal di bidang nya
dengan keahlihan akutansi nya yang sangat akurat.
Yang
terakhir hera, hera ini salah satu murid kesayangan dari salah satu guru
favoritku disekolah. Dengan style polosnya mungkin tak ada yang tau dia adalah
seorang penyiar radio swasta dikotaku. Bakat dan kemampuan nya mungkin yang
paling unik diantara yang lain. Terkadang serius namun terkadang membuat
suasana menjadi ramai.
Setelah
aku meminta maaf kepada mereka, aku langsung duduk dan tak lama kemudian
masuklah dini, disitu aku mulai kesal dengannya. Tapi tak lama kemudian dia
meminta maaf, lalu berkata kami adalah tim kontingen yang akan mewakili sekolah
kami di suatu perlombaan debat. Aku yang saat itu hanya bingung dan masih kesal
hanya bisa diam, ketika yang lain pertanyakan jadwal lomba yang berbenturan
dengan jadwal olimpiade mereka.
Tak lama
kemudian, dini melemparkan sebuah pertanyaan yang tak kuduga sebelumnya. “min?
kau ikutkan? Kau udah disini soalnya. Ikut deh yah? Biar ada ahli IT kita? Kan,
kata adit kau ahli tuh yang teori gitu-gituan?”
Pertanyaan
itu membuat aku makin terpojok,ditambah lagi mereka memakai nama salah satu
teman sekaligus Ketua OSIS disekolah kami. Tak lama kemudian pingky,hera,tira,
mulai ikut mempengaruhiku untuk ikut kedalam tim mereka. Aku yang mulai tidak
nyaman dengan serangan dari mereka bertiga mencoba untuk mengelak dan diam
berjuta bahasa.
“min!!!
mau apa gak? Ini batas pendaftaran nya hari ini jam 12 loh?”kali ini pertanyaan ini lebih lantang
ditanyakan oleh dini kepadaku,
“hmm..
iya deh.. aku ikut aja.. yang mana baiknya..” aku mencoba untuk tenang,walau
dalam hatiku aku tak bisa diam, apa lagi dibentak di kantor kepala sekolah oleh
orang lain.
Setelah
dari situ, aku mulai kembali yakin kalo aku tadinya itu sedang di kerjain.
Karna sebelumnya, gak ada sama sekali konfirmasi ke aku untuk lomba ini. Tak
lama kemudian sampailah aku di kelas dan tak lama aku duduk dikursi panasku,
tiba-tiba beribuan pertanyaan menyerbu aku dari teman-teman di ikuti dengan bu
irna saat itu. Karna saat itu aku males jelasin sama mereka semua. Aku cuman
senyum dan aku rasa mereka cukup mengerti dengan bahasa ku kali ini.
Setelah
sesampainya dirumah, aku teringat oleh ucapan pingky,tira,hera dan rani tadi
disekolah, aku pun masih sangat penasaran dengan orang yang memasukkan aku
dalam tim itu. Walau disatu sisi aku sangat senang. Tapi rasa penasaran ku tak
mau kalah dengan rasa senangku. Beberapa hari kemudian aku dihubungi oleh hera
yang menyuruhku untuk menemuinya di salah satu tempat makan yang biasa jadi
tempat tongkrongan banyak pelajar umumnya disekitar situ.
Aku
masih ragu untuk datang, karna yang ku tau saat itu hanya ada hera dan rani disana.
Setelah beberapa kali rasa bimbang hinggap, aku putuskan untuk menemui mereka.
Setibanya disana, aku seperti merasa kembali dikerjai oleh mereka. Aku melihat
tak ada satu pun dari mereka berempat. Ditambah lagi dengan hera yang saat itu
aku coba telfon dan ternyata tidak diangkat. Setelah aku menunggu 15 menit
ternyata mereka sudah ada didalam. Dan bodohnya aku saat itu, aku hanya mencari
mereka diluar.
“amin
yah?” ujar pingky dengan sedikit senyumnya.
“loh…
kok tau yah??” dengan sedikit rasa bingung karna, jujur.. saat itu aku yang
sedang sedikit kacau mulai tidak focus dengan orang di depan aku.
“hahaha..
aku pingky loh.. kita bakal 1 tim di lomba itu entar.”
Dengan
rasa malu dan rasa kacau yang bercampur aku pun minta maaf ke pingky yang saat
itu aku tebak dia sedang berfikir bahwa aku adalah anak yang sombong, karna
mudah lupa dengan orang yang baru ia kenal.
Tak lama
kemudian, datang lah seorang bidadari yang aku sebut saat itu. Yang sempat
membuatku malu dan kacau. Kehadirannya ini yang paling ku tunggu awalnya, karna
ada beberapa pertanyaan yang mengganjal di benakku ketika selesai pertemuan
beberapa hari yang lalu di kantor itu.
Hari
yang ditunggu pun datang, sesuai peraturan dan perjanjian yang telah kami
berempat sepakati aku, hera,pingky,tira dan rani langsung berkoordinasi satu
sama lain untuk melaksanakan tugas kami masing-masing. Dan kesulitan dalam
lomba ini sendiri, kami harus bekerja sama dan harus selalu berkomunasi dalam
20 hari penuh. Ini semakin membebani kami, ditambah lagi dengan tidak terlalu
mendukungnya fasilitas dan orang-orang disekitar kami saat itu.
Pengumuman
minggu pertama, kedua, kami kalah telak. Perbedaan poin yang sangat jauh kami
rasakan. Apa lagi dengan semakin membludaknya tugas-tugas akhir semester yang
sama sekali tidak bisa di pending saat itu. Adu strategi, adu argument diantara
kami membuat minggu-minggu terakhir lomba ini kian panas. Hingga kami akhirnya
mulai frustasi dan merelakan juara pertama ditangan rival kami.
Walau
akhirnya kami harus kalah, aku salut dengan semangat mereka yang tak pernah
padam. Walau mereka sendiri tau, peluang menang itu semakin hari kian menipis.
Kami cukup menghargai rival kami ini. “Lomba ini pun tutup oleh persahabatan
yang takkan lekang oleh waktu” ujar tira salah satu rekan tim yang tak pernah
lelah mengingatkan kami untuk kompak dan tetap solid.
Rasa
haruku, tak terbendung ketika pada hari puncak rival kami memegang piala
sebagai tanda mereka lah penguasa lomba 20 hari itu. Aku,tira,hera dan rani
memberikan applause tanda kami mengakui merekalah pemenang sejati. Kami juara,
kamilah juara! Juara tanpa mahkota.
Tau gak... aku disini kespian loh..
Tay gak... aku disini masih aja sendiri loh..
Ditengah-tengah mereka, yang dengan beribu kesamaan yang sama.
Sementara aku? ketika aku mulai dapat setitik kesuksesan menghampiri aku, aku hanya dianggap angin lalu.
Seakan tak berguna.
Tapi? bagaimana jika kesalahan menghampiri aku? aku lah korban pertama yang akan di eksekusi.
Kenapa harus aku?
Kenapa harus aku?
"Yaah!!.. karna kau memang yang paling berbeda dari kami"
Seakan-akan jawaban itu datang ketika aku bertanya dalam hatiku.
Apa aku salah dalam melangkah?
Atau aku salah melakukan pilihan?
Atau.. Memang yang seperti inikah yang harus aku rasakan?
Aku tak bisa menjadi seperti mereka memang,
Dan aku takkan bisa menjadi selalu dibayangan mereka.
Terkadang.. aku berfikir, aku ingin melepaskan ikatan ini.
Tapi hati aku masih belum setuju kalo aku ingin meninggalkan ikatan ini.
Aku sangat merasa seperti ada beban yang aku rasakan ketika menggunakan atribut ini.
Dengan sikap dan sifatku yang seperti ini. Apa aku masih pantas bergabung dan menyatu dengan mereka?
Aku seperti seorang narapidana yang selalu akan siap menerima hukuman dan para algojo-algojo yang tersedia.
Disatu
sisi, ini adalah lingkungan dimana setiap detiknya lahir setitik ilmu
dan pemikiran baru yang tercipta dari aku, mereka dan semuanya.
Ketika dominasi mereka semakin kuat disini?
Ketika pemikiran aku tak dibutuhkan lagi?
Ketika ide aku telah dianggap sampah oleh mereka?
Ketika aku menjadi seorang anak kecil yang tak memiliki kepercayaan dari ibunya.
Aku pun terdiam dan hanya berbicara ketika aku butuhkan saja.
Disini aku tak ingin melukai perasaan siapapun.
Aku hanya mencoba ingin menuangkan isi hatiku selama durasai yang hanya waktu yang akan menghitung nya.
setidaknya, sebelum aku mengenal KAMU,DIA,dan MEREKA hidup aku mulai kembali berwarna.
selalu berharap bisa berharap cepat-cepat ketemu kalo lagi suntuk,bete, atau pun lagi senang.
kayaknya malah MEREKA lebih ngerti aku ini gimana,
walaupun MEREKA gatau aku.
MEREKA selalu memiliki cara buat aku untuk tersenyum kembali.
mungkin memang ini terasa berlebihan untuk mereka,
tapi inilah kenyataan nya yang aku rasakan.
aku sampai "nyaris" ngerasain MEREKA lebih buat aku "bahagia" dari pada yang keluarga aku lakuin ke aku.
meski awalnya aku harus ngerasain cinta dan kangen ini sama KAMU.
atau aku merasa di khianati oleh MEREKA.
tapi terlepas dari itu semua, MEREKA emang arti dari bahagia aku.
setidaknya, MEREKA... DIA... KAMU...memang sangat berarti dihidup aku.
terlepas dari semua kesalahan dan hal-hal yang mengganjal dihati aku.
MEREKA memang "pernah'' menjadi penyejuk hati ini.
DIA memang sang sahabat.
dan KAMU pemillik hati ini.
"aku tak berharap jadi sang peneduh jiwa KALIAN,MEREKA,dan KAMU yang sedih, tapi aku disini masih bersedia jadi sebuah tameng yang akan tergores,atau harus sekalipun patah demi melindungi hati KALIAN,MEREKA, dan KAMU''
Pernah dengar “orang pintar dikalahkan oleh orang cerdik,
lalu orang cerdik dikalahkan oleh orang yang beruntung?”
Buat apa anda cerdas?
Buat apa anda cerdik?
Buat apa anda beruntung?
Jika semua itu hanya anda manfaatkan sendiri? Tanpa anda
mampu berbagi. Mungkin hari ini anda beruntung memiliki kemampuan dan
cerdas.Tapi bagaimana jika kemampuan
yang anda punya itu bisa anda bagikan kepada orang yang beruntung, namun kurang
cerdas??
anda didunia tidak untuk hidup 1000 tahun. Terkutuk lah anda jika mengatakan
orang lain “bodoh” atau saya mulai mengerti dengan keseimbangan ilmu sains dan ilmu
social didunia ini.
Kita coba mulai bicarakan tentang mengapa anda pantas
dikatakan orang “terkutuk”
Dari mana kemampuan anda yang anda dapat. Bukan kah setitik
kemampuan yang anda dapat itu ada pada orang yang kurang cerdas itu?
Bukan karna anda memiliki IQ yang diatas rata-rata. Atau karna
anda memiliki materi yang melimpah. Atau pernah lihat orang yang kurang cerdas,
tapi memiliki kesempatan dan timing yang pas? Dia bisa membuktikan kepada
dunia. Bahwa dunia tidak hanya dimiliki oleh orang-orang yang berI-Q
brilliant???
Ketika anda memberi tekanan atau melecehkan orang yang kurang
beruntung, anda tau wahai orang cerdas, apa yang ada di benak mereka???
mereka mendapatkan beribu energy keberuntungan setelah itu. Mungkin tidak
mereka rasakan.
Tapi antara orang beruntung dan orang yang cerdas seperti
orang dibidang sains dan orang di bidang social.Keduanya saling membutuhkan. Bukan nya memang
seharusnya manusia itu adalah mahluk social yang saling membutuhkan, dan tidak
bisa lepas dari interaksi social yang kental? Sebagaimana pun pendiam atau
tertutupnya anda, anda pasti membutuhkan orang lain kawan. Jangan sesatkan
dirimu dengan ilmu yang kau punya. Alangkah sangat berguna ilmu yang anda punya
jika anda bisa berbagi.