sedikit yang kita lupa pada pagi itu, aku yang lupa pamit padamu juga kau yang lengah aku begitu tega, aku memaksa masuk dan dengan tiba-tiba ada ditengah harimu. tidak ada kecup perpisahan kali ini, juga tak ada tanda peluk sepakat berpisah.
aku juga suka lupa mangkuk mie yang kusantap pagi itu sudah tidak lagi hangat, tidak ada lagi tujuan pulang, tidak ada lagi tujuan atas beratus-ratus kabar hari ini. atau kau hehabisan cara? maaf, untuk semua penjelasan. aku tidak lagi bisa berterima kasih atas semua alasan itu. sekali lagi, mangkuk mie milikku juga segera mengembang jika kita lupa bertemu sekedar berbicara ada dengan kita
kau terus-terusan bertanya, apa lagi yang bisa kulakukan?
lembar demi lembar kalender di kamar sudah terlewat. aku teringat kalender edisi kesukaanku karena didalamnya ada fotoku di salah satu bulanya, kau mulai membicarakan bagaimana kita harusnya melangkah, bagaimana kita menentukan tujuan, aku terlanjur suka, aku mulai tergila-gila saat itu, kau harus tahu itu.
mangkuk favoritmu di malam itu adalah mie goreng dengan banyak bawang goreng dan juga porsi jumbo katamu, aku hanya menyaksikan caramu melahap semangkuk penuh dengan nafsu laparmu kala itu, sekali lagi aku terlanjur suka dan semestinya kau tidak perlu tahu akan hal ini.
mari bayangkan hal yang kita lewati, aku mungkin kini sudah berbalik. aku mulai tidak tahu arah untuk menentukan kemana akan berjalan. kau sudah jauh lebih baik dari kemarin.
kau adalah peneguk semua rasa mangkuk milikku pagi itu, tidak ada aku disana, hanya ada kau. aku larut dalam semua rasa serasa kau menari aku ikut hilang dengan sempurna.
tentu aku tidak ingin banyak mengusikmu. seperti yang aku pernah ceritakan, hidup tentang kau ingin menginggalkan atau ditinggalkan, saat itu kau tak menjawabnya tapi kita pelan-pelan menjawabnya.
tak terasa semangkuk mie milikku sudah habis, bersamamu begitu terasa lebih lama untukku, semua langkah pembuatan mie instan kala itu sudah kulakukan, aku masih lupa jika kita mesti bersama melahapnya bukan memaksa diri untuk menyeduh dan memaksa membuka bungkus selanjutnya.
akupun nyaris lelah menyaksikan kita hanya dari bingkai cerita, aku ingin lekas tumbuh dan terbang, seperti kau yang bebas memilih. akupun ingin.
Friday 9 November 2018
Sunday 19 August 2018
Hilang (1)
Siang itu ia
dengan kecepatan tinggi ia melaju cepat
menuju sebuah jadwal keberangkatan kapal. Hanya ada beberapa lantunan musik yang
ia sengaja selipkan diperjalanannya siang itu, berharap jauhnya perjalanan
mampu dipangkas denga dentuman musik yang ia set selama perjalanan. Mengejar waktu dan menghentikan sedihnya
beberapa hari belakangan dengan mereka, yang diingatnya saat itu adalah sebuah
pisah yang menjanjikan pulang tapi bermakna hilang, entah ia sempatkan pulang
atau terbang tak mau pulang.
Raut sedih
terpancar beberapa hari menjelang keberangkatannya. Beberapa pesan sempat
ditinggalkan sembari mendengarkannya ia menelan ludah dan menunduk.
Kepergiannya kali ini untuk menemani adik bungsunya mengikuti magang. Sudah
terasa dalam beberapa hari belakangan hangat rumah tak lagi sama. Kicauan
cerita beserta suara membangunkan pagi tak lagi terdengar, setidaknya untuk 4
bulan kedepan.
Ia akan
rindu dengan segala keributan dan kegaduhannya, tentang beberapa tanya yang
dijawab dengan amarah namun dibalas dengan sabar dan mengusahakan segala hal
dengan susah menjadi terlihat ada agar rumah terbawa suasana tawa dan ceria.
Bahkan sesekali ia masih suka berburuk sangka dengan mereka , mengira semua
disembunyikan, semua ditutupi. Jika sepi adalah teman terbaik, mungkin adalah
kado yang diterimanya dari orang yang ia kira itu. Tentu, akhirnya kemauanmu
langsung dikabulkan.
Rumah tak
akan lagi jadi tempat yang ia benci, atau ia hindari. Rumah akan jadi tempatnya
sendiri, merindu pertemuan dan kegaduhan penuh canda. Ia akan lebih memaknai
apa arti berdiri dan tertidur dengan sendiri. Selama ini ternyata banyak hal
yang ia sandari, kelak dia akan tersadar dari bangun mimpi malam yang
menyadarkan bahwa apa yang ia kira salah, apa ia fikirkan jauh dari kata benar.
Ia akan dewasa, dengan caranya.
Jika ia
betah, ia akan jadi manusia yang merdeka dan lebih bermakna. Beberapa keputusan
yang membahagiakan dan menyedihkan akan ia terima langsung dan ada beberapa
jeda waktu untuk mengabarkan, ini akan tegas mengajarkan ia arti lebih teguh
dan kuat dalam berpendapat. Tentunya, ini akan jadi tantangan untuknya sekuat apakah ia mampu?
Jika ia
lelah, ia punya jalan lain untuk pergi, tentu pergi kemudian ia harus lekas
kembali. Sesegera mungkin, dengan atau sudah selesai ia rasa semuanya. Banyak
hal yang harus ia sadari, berlari mestinya bukan cara satu-satunya untuk
menghadapi, dihadapi dengan ikhlas
adalah salah satu cara berdewasa dan berdamai dengan diri sendiri adalah tambahannya. Rentan waktu singkat ini, akan membawanya
pada masa-masa baru, dan akan membawanya pada rumah-rumah baru yang menawarkan
pulang lebih tenang.
Mereka telah hilang dalam pandangannya, melebur dalam
khayal dunianya masing-masing, menawarkan rindu juga pilu setiap malam. Ia pun
masih sibuk mencari rumah untuk sekedar singgah dan meniduri sepi, menawarkan
canda,lalu sering lupa batas untuk sekedar singgah. Kebiasaan buruknya kini
jadi konsekuensinya. Tak ada lagi yang mengingatkan, jika ia lupa nasi di dapur
juga akan segera basi dengan segera.
Saturday 2 June 2018
Selamat Pagi
aku akan bercerita hanya tentang aku kali ini, mari.. duduklah sebentar dan lalu bersabarlah sedikit untuk memintaku untuk mengantarmu pulang. aku ingin sedikit menyajikan dari aku sebentar saja. kau boleh bosan dan beralasan ke belakang atau mengangkat telfon ibumu keluar. tapi tetap ijinkanlah aku menyampaikan ini sedikit saja, aku janji.
sudah terlalu lelah kelihatannya
atau mungkin terlalu bahagia?
aku yakin kau lebih bisa menjawabnya
banyak hari yang kutinggalkan
banyak perjalanan panjang yang belum sempat kuceritakan
tentang banyak cerita dan hadiah sebuah pelukan setelahnya
aku melewati banyak hati
satu-dua hati sempat disinggah
banyak yang berakhir siksa
sedikit yang menawarkan tawa sementara
aku lupa, tak ada lagi rumah senyaman pelukmu
aku lupa, tak ada getar tawa seramah bicara kita
aku lupa, kau sudah jauh pergi
aku lebih senang merindumu
entah dengan bahagia lalu tertawa
atau sesekali menjadi sendu dan semakin rindu
aku masih ingin bercerita tentang aku saat ini, tetaplah duduk disitu, kataku.
baiklah, aku akhiri satu bait terakhir dengan ini, aku lupa, mengantarmu pulang terlalu sore bisa membuatmu habis dicerca tanya panjang dari ibumu. aku tentu tak mau kau bertengkar dengan ibumu setelah kuculik beberapa jam denganku.
jalan terlalu panjang tak tahu arah
aku masih lupa, kita sudah dimana
aku masih keras kepala, kau sudah pergi dengannya.
Wednesday 30 May 2018
Aku
kau malam penuh tanya
aku siang, tak terang tak tau arah
aku terlalu terbiasa
kau sudah teramat lelah
kau jenuh menerka
aku masih begitu saja
kita terlalu berani
menerka waktu
melewati hati
sementara rindu
masih saja bertanya
"mau sampai kapan selalu seperti ini?"
aku terlalu ringan kugenggam
kau terlalu jauh dikejar
aku masih menerka warna langit apa
memastikan, kau segera berbalik arah
rindu pada masa
dibenci pada yang nyata
aku siang, tak terang tak tau arah
aku terlalu terbiasa
kau sudah teramat lelah
kau jenuh menerka
aku masih begitu saja
kita terlalu berani
menerka waktu
melewati hati
sementara rindu
masih saja bertanya
"mau sampai kapan selalu seperti ini?"
aku terlalu ringan kugenggam
kau terlalu jauh dikejar
aku masih menerka warna langit apa
memastikan, kau segera berbalik arah
rindu pada masa
dibenci pada yang nyata
Monday 16 April 2018
Mari Bercerita
kemarilah, akan kuceritakan tentang kita yang sudah sempat bersama menyentuh awan. satu-persatu mimpi yang kita cipta berdua, kita rangkai beberapa harapan dan berdoa agar mimpi itu tak sempat layu, berharap tak ada yang mudah bosan dan kita pun yakin tak ada yang mampu menghentikan kita berdua.
Monday 1 January 2018
Begini
hati tak mengenal kata kembali
kita mungkin masih kenal untuk meminta lebih
sehebat apa kita sampai sanggup meninggalkan?
lalu di simpang jalan kau terluka, kau melihat ada kita di sebrang sana
aku menyandarkan sebagian malamku pada segelas bir berbagi denganmu
kau lupa, aku lelah namun kita lebih suka mencoba padahal hasilnya bukan menjadi apa-apa
aku minta, kau kembali malam itu. kau pinta aku yang habisnya menertawaimu
mengingatkanmu, waktu bukan pinjaman yang bisa kau ambil semaumu
aku mungkin sadar banyak hal tak kumengerti tentang banyak hal yang kuketahui
kau lebih suka mengintari kota dan mengintari terminal bus dibandingkan pulang kerumah yang susah payah kita bangun bersama
semua hal yang kita bangun
kau percaya akan jadi bunga
sesudahnya kau minta aku untuk tak perlu lagi percaya
belajarlah, untuk sekedar meniduri waktu
berdamai dengan aku
dan memaafkan mimpi yang kau kelabui di hari lalu
sudah kau mengerti?
aku hanya ingin kau kembali
lalu rajutlah semua ucapanmu itu
nanti, akan kuingatkan pada lirikku
kau pernah jadi bagian dari mimpi yang sudah payah kupercaya
lalu, kita pergi, meninggalkan
meniduri malam dan meninggalkan dendam
ingatlah, untuk tetap bernyanyi dengan laramu
kau akan ingat, akan ada aku di setiap celah nafas lirikmu
dan, aku akan tetap begitu
lalu, aku ingat aku sebodoh itu untuk tetap disini menunggu dan percaya di tempat yang sama
kita mungkin masih kenal untuk meminta lebih
sehebat apa kita sampai sanggup meninggalkan?
lalu di simpang jalan kau terluka, kau melihat ada kita di sebrang sana
aku menyandarkan sebagian malamku pada segelas bir berbagi denganmu
kau lupa, aku lelah namun kita lebih suka mencoba padahal hasilnya bukan menjadi apa-apa
aku minta, kau kembali malam itu. kau pinta aku yang habisnya menertawaimu
mengingatkanmu, waktu bukan pinjaman yang bisa kau ambil semaumu
aku mungkin sadar banyak hal tak kumengerti tentang banyak hal yang kuketahui
kau lebih suka mengintari kota dan mengintari terminal bus dibandingkan pulang kerumah yang susah payah kita bangun bersama
semua hal yang kita bangun
kau percaya akan jadi bunga
sesudahnya kau minta aku untuk tak perlu lagi percaya
belajarlah, untuk sekedar meniduri waktu
berdamai dengan aku
dan memaafkan mimpi yang kau kelabui di hari lalu
sudah kau mengerti?
aku hanya ingin kau kembali
lalu rajutlah semua ucapanmu itu
nanti, akan kuingatkan pada lirikku
kau pernah jadi bagian dari mimpi yang sudah payah kupercaya
lalu, kita pergi, meninggalkan
meniduri malam dan meninggalkan dendam
ingatlah, untuk tetap bernyanyi dengan laramu
kau akan ingat, akan ada aku di setiap celah nafas lirikmu
dan, aku akan tetap begitu
lalu, aku ingat aku sebodoh itu untuk tetap disini menunggu dan percaya di tempat yang sama
Subscribe to:
Posts (Atom)
(masih) salahku
menurutku, beberapa kisah yang tak menarik tak perlu repot-repot dibuatkan tulisannya, kukira kau bukan salah satunya. memberi luka juga me...
-
Kecewa dibalas dengan kecewa Terimakasih sudah mengajarkanku tentang banyak hal Salah satunya, tentang menunggu Kau mungkin adalah perung...
-
IKEA. Tau IKEA? Di tahun 2015,ikea merupakan nama toko perabotan yang diincar oleh keluarga muda dan anak-anak muda untuk berfoto-fot...
-
kau malam penuh tanya aku siang, tak terang tak tau arah aku terlalu terbiasa kau sudah teramat lelah kau jenuh menerka aku masih beg...