Thursday 29 December 2016

Ruang Tamuku



Angka penuh warna merah sebabnya
Isak-teriak kemarin berganti dengan wajah penuh angkuh
Ada yang masih tertunggu dari beribu waktu

Kita tak akan pernah berpeluk nikmat
Hanya sesekali berpapasan kemudian berpisah
Tidak akan pernah dan tidak akan sampai

Bila nanti aku sampai tolong ingatkan
Waktu kita tak begitu banyak untuk terus beradu
Kita mesti sadar dan kembali ke rumah

Ingatkan aku nanti, aku punya hidup
Aku punya rindu yang mesti aku gugurkan
Dan aku punya mimpi yang harus aku lepaskan

Tunggu, kau tak akan lupa akan sesuatu bukan?
Meninggalkan aku yang tak lagi berjalan
Atau kau ingin aku tinggalkan?

Jangan  ingatkan aku tentang apapun yang ada dirumahku
Biarkan pintuku tetap tertutup, dan juga lemariku tetap terbuka
Bajuku dan lantai rumah tak pernah merindukanku, nyatanya.

Baiklah, aku mestinya memang pergi bukan?
Atau mestinya kau yang pergi?
Mestinya kau tak lagi menjawabnya, silakan pergi saja.

Saturday 19 November 2016

November



Ia adalah biru dengan gagah
Terlelap lalu hilang tak kembali
Dia mulai mencari sementara aku masih saja berlari

Daun tak ingin jatuh hari ini
Masih ingin menggantung dengan ranting
Sesekali ia berharap jatuh pada yang ia ingin

Rindunya sudah mulai tumbuh
Dibawanya ada cemburu, sekalinya ia adalah bukan
Membatu dan mengalir, kemudian menyatu dalam lengan peluk

Riangnya kini jadi tawa
Secepat sore menuju malam
Serasa tak ada makna. Namun, akan segera terlupa

Wanginya menusuk hari
Indah memuai, kemudian mati karna waktu
Hati dan waktu sungguh biru

Ia dan bendera tak lagi berdamai
Bendera bukan bersama tiang
Dan  ia tak akan menjadi sayang, ujarnya.

Mari kembali bercerita
Ingat mataku hari ini
Ia akan segera hilang.

Sunday 8 May 2016

18:43



Rindu, bolehkah saya memanggil?
Sekedar menyapa, aku takkan menyentuhnya
Masihkah aku adalah Pagimu?
Atau aku hanya buaian belaka dikala kau butuh tawa?

Sayang, apakah aku salah?
Kau bilang, Aku adalah Satu
Tidak, Sayang.. Tidak, aku bahkan deretan ribu di Otakmu
Aku begitu sayang, kau pula begitu rela meninggalkan

Jarak, bolehkah aku memeluk?
Kau berjanji untuk lebih cepat pulang
Kemana janjimu?
Aku hanya temukan janji untuk bertemu dan tipu

Waktu, kenapa begitu cepat berlalu?
Baru saja aku menikmati canda dan tawa
Lewat secangkir kopi kau berkata
“kenapa kau tak berfikir untuk menetap saja?”

Langit, kembalikan aku
Aku melihatmu hari itu dengan penuh tawa
“Wah, beruntungnya aku. Mencuri senyumnya,tanpa harus meminta” ucapku.
Sementara langit, masih tersipu malu

Hati, jika boleh pilih saja aku
Aku akan jadi pilihan sulit tentunya
Sulit melihatmu senang
Senang melihatmu sedih

Pelangi, jangan datang dulu
Langit dan Hati sedang beradu
Sementara Rindu dan Waktu sedang menunggu
Aku? Jatuh Cinta dengan Jarak tentunya.

Saturday 23 April 2016

Bersama saja, Bagaimana?



Apalagi yang akan kita takutkan?
Kau takkan kehujanan denganku
Akupula takkan kedinginan dengamu

Apalagi yang kau fikirkan?
Kau takkan sendiri jika denganku
Akupula akan berdua denganmu

Apalagi yang kita tinggalkan?
Kau hanya perlu meninggalkannya
Aku juga akan melepasnya demi kau

Apalagi yang bisa kita pertahankan?
Kau mencintainya
Aku juga nyaris mati digenggamnya

Apalagi yang bisa rasakan?
Kau hanya bebanku
Aku hanya selingan untukmu

Apalagi yang harus kita beranikan?
Kau nyaris tertawa pulas dalam pelukku ketika dia menangis
Aku bahkan menunggumu dibanding ia yang didepanku, kini.

Sunday 28 February 2016

Merindu



Kau nyaris temukan kita disini, entah bersamaku entah bersama yang lain. Kita tak akan bertemu setelahnya, aku harap kita masih memiliki waktu sembari nanti aku mencoba menangis kepada waktu untuk diberi sekali lagi. Rinduku sudah setinggi tiang, dan akan setinggi langit. Bencimu akan sebesar rumah kita, dan akan sebesar isi semesta. Mari percaya, sekali lagi tertawa kemudian ketika larut hingga kita lupa waktu sudah ingin bergeser menjauh. Tak ada jaminan untuk kembali berpeluk rindu, apalagi akan bertemu. Aku yakin kau pun begitu ingin, jariku sejatinya milikmu. Jika nanti aku bertemu dengan kau marilah sebentar saja menghabiskan waktu sampai diantara kita tak ada yang tahu jika kita tak akan sempat bertemu. Marilah merindu, bersama aku.

Thursday 18 February 2016

Februari

Kita sepakat, untuk tidak kembali membuka memori ini
Maaf, tapi aku terlalu nakal untuk patuh
Bahkan aku tak menghiraukan janji
Silakan anggap aku pengecut atau penjilat janji
Aku hanya ingin bahagia, walau harus sedikit terluka
Percayalah, kau tak perlu tau untuk bahagia ini
Semuanya hanya ada aku, tidak kau bahkan kita
Tapi jika kau sudah jengah, biar saja aku yang mati
Matiku tentu bukan sedihmu
Juga sedihku adalah fiksi katamu
Lalu, silakan berbahagia dengan peluk itu
Karna aku tak akan lagi menyediakan tawa
Aku juga takkan menyisakan senja untuk kita
Sekali lagi, aku tak akan lagi meluangkan hati untuk kau datangi
Lalu, aku harus bahagia juga bukan?
Baiklah, kali ini aku yang benar pergi

(masih) salahku

menurutku, beberapa kisah yang tak menarik tak perlu repot-repot dibuatkan tulisannya, kukira kau bukan salah satunya. memberi luka juga me...