Friday 9 November 2018

Semangkuk Mie

sedikit yang kita lupa pada pagi itu, aku yang lupa pamit padamu juga kau yang lengah aku begitu tega, aku memaksa masuk dan dengan tiba-tiba ada ditengah harimu. tidak ada kecup perpisahan kali ini, juga tak ada tanda peluk sepakat berpisah.

aku juga suka lupa mangkuk mie yang kusantap pagi itu sudah tidak lagi hangat, tidak ada lagi tujuan pulang, tidak ada lagi tujuan atas beratus-ratus kabar hari ini. atau kau hehabisan cara? maaf, untuk semua penjelasan. aku tidak lagi bisa berterima kasih atas semua alasan itu. sekali lagi, mangkuk mie milikku juga segera mengembang jika kita lupa bertemu sekedar berbicara ada dengan kita

kau terus-terusan bertanya, apa lagi yang bisa kulakukan?

lembar demi lembar kalender di kamar sudah terlewat. aku teringat kalender edisi kesukaanku karena didalamnya ada fotoku di salah satu bulanya, kau mulai membicarakan bagaimana kita harusnya melangkah, bagaimana kita menentukan tujuan, aku terlanjur suka, aku mulai tergila-gila saat itu, kau harus tahu itu.

mangkuk favoritmu di malam itu adalah mie goreng dengan banyak bawang goreng dan juga porsi jumbo katamu, aku hanya menyaksikan caramu melahap semangkuk penuh dengan nafsu laparmu kala itu, sekali lagi aku terlanjur suka dan semestinya kau tidak perlu tahu akan hal ini. 

mari bayangkan hal yang kita lewati, aku mungkin kini sudah berbalik. aku mulai tidak tahu arah untuk menentukan kemana akan berjalan. kau sudah jauh lebih baik dari kemarin.

kau adalah peneguk semua rasa mangkuk milikku pagi itu, tidak ada aku disana, hanya ada kau. aku larut dalam semua rasa serasa kau menari aku ikut hilang dengan sempurna. 

tentu aku tidak ingin banyak mengusikmu. seperti yang aku pernah ceritakan, hidup tentang kau ingin menginggalkan atau ditinggalkan, saat itu kau tak menjawabnya tapi kita pelan-pelan menjawabnya.

tak terasa semangkuk mie milikku sudah habis, bersamamu begitu terasa lebih lama untukku, semua langkah pembuatan mie instan kala itu sudah kulakukan, aku masih lupa jika kita mesti bersama melahapnya bukan memaksa diri untuk menyeduh dan memaksa membuka bungkus selanjutnya.

akupun nyaris lelah menyaksikan kita hanya dari bingkai cerita, aku ingin lekas tumbuh dan terbang, seperti kau yang bebas memilih. akupun ingin.

(masih) salahku

menurutku, beberapa kisah yang tak menarik tak perlu repot-repot dibuatkan tulisannya, kukira kau bukan salah satunya. memberi luka juga me...