Sunday 19 August 2018

Hilang (1)



Siang itu ia dengan kecepatan tinggi  ia melaju cepat menuju sebuah jadwal keberangkatan kapal. Hanya ada beberapa lantunan musik yang ia sengaja selipkan diperjalanannya siang itu, berharap jauhnya perjalanan mampu dipangkas denga dentuman musik yang ia set selama perjalanan. Mengejar waktu dan menghentikan sedihnya beberapa hari belakangan dengan mereka, yang diingatnya saat itu adalah sebuah pisah yang menjanjikan pulang tapi bermakna hilang, entah ia sempatkan pulang atau  terbang tak mau pulang. 

Raut sedih terpancar beberapa hari menjelang keberangkatannya. Beberapa pesan sempat ditinggalkan sembari mendengarkannya ia menelan ludah dan menunduk. Kepergiannya kali ini untuk menemani adik bungsunya mengikuti magang. Sudah terasa dalam beberapa hari belakangan hangat rumah tak lagi sama. Kicauan cerita beserta suara membangunkan pagi tak lagi terdengar, setidaknya untuk 4 bulan kedepan. 

Ia akan rindu dengan segala keributan dan kegaduhannya, tentang beberapa tanya yang dijawab dengan amarah namun dibalas dengan sabar dan mengusahakan segala hal dengan susah menjadi terlihat ada agar rumah terbawa suasana tawa dan ceria. Bahkan sesekali ia masih suka berburuk sangka dengan mereka , mengira semua disembunyikan, semua ditutupi. Jika sepi adalah teman terbaik, mungkin adalah kado yang diterimanya dari orang yang ia kira itu. Tentu, akhirnya kemauanmu langsung dikabulkan.

Rumah tak akan lagi jadi tempat yang ia benci, atau ia hindari. Rumah akan jadi tempatnya sendiri, merindu pertemuan dan kegaduhan penuh canda. Ia akan lebih memaknai apa arti berdiri dan tertidur dengan sendiri. Selama ini ternyata banyak hal yang ia sandari, kelak dia akan tersadar dari bangun mimpi malam yang menyadarkan bahwa apa yang ia kira salah, apa ia fikirkan jauh dari kata benar. Ia akan dewasa, dengan caranya.

Jika ia betah, ia akan jadi manusia yang merdeka dan lebih bermakna. Beberapa keputusan yang membahagiakan dan menyedihkan akan ia terima langsung dan ada beberapa jeda waktu untuk mengabarkan, ini akan tegas mengajarkan ia arti lebih teguh dan kuat dalam berpendapat. Tentunya, ini akan jadi tantangan untuknya  sekuat apakah ia mampu?

Jika ia lelah, ia punya jalan lain untuk pergi, tentu pergi kemudian ia harus lekas kembali. Sesegera mungkin, dengan atau sudah selesai ia rasa semuanya. Banyak hal yang harus ia sadari, berlari mestinya bukan cara satu-satunya untuk menghadapi,  dihadapi dengan ikhlas adalah salah satu cara berdewasa dan berdamai dengan diri sendiri adalah tambahannya.  Rentan waktu singkat ini, akan membawanya pada masa-masa baru, dan akan membawanya pada rumah-rumah baru yang menawarkan pulang lebih tenang. 
 
Mereka telah hilang dalam pandangannya, melebur dalam khayal dunianya masing-masing, menawarkan rindu juga pilu setiap malam. Ia pun masih sibuk mencari rumah untuk sekedar singgah dan meniduri sepi, menawarkan canda,lalu sering lupa batas untuk sekedar singgah. Kebiasaan buruknya kini jadi konsekuensinya. Tak ada lagi yang mengingatkan, jika ia lupa nasi di dapur juga akan segera basi dengan segera.

No comments:

Post a Comment

(masih) salahku

menurutku, beberapa kisah yang tak menarik tak perlu repot-repot dibuatkan tulisannya, kukira kau bukan salah satunya. memberi luka juga me...