Siang itu ia
dengan kecepatan tinggi ia melaju cepat
menuju sebuah jadwal keberangkatan kapal. Hanya ada beberapa lantunan musik yang
ia sengaja selipkan diperjalanannya siang itu, berharap jauhnya perjalanan
mampu dipangkas denga dentuman musik yang ia set selama perjalanan. Mengejar waktu dan menghentikan sedihnya
beberapa hari belakangan dengan mereka, yang diingatnya saat itu adalah sebuah
pisah yang menjanjikan pulang tapi bermakna hilang, entah ia sempatkan pulang
atau terbang tak mau pulang.
Raut sedih
terpancar beberapa hari menjelang keberangkatannya. Beberapa pesan sempat
ditinggalkan sembari mendengarkannya ia menelan ludah dan menunduk.
Kepergiannya kali ini untuk menemani adik bungsunya mengikuti magang. Sudah
terasa dalam beberapa hari belakangan hangat rumah tak lagi sama. Kicauan
cerita beserta suara membangunkan pagi tak lagi terdengar, setidaknya untuk 4
bulan kedepan.
Ia akan
rindu dengan segala keributan dan kegaduhannya, tentang beberapa tanya yang
dijawab dengan amarah namun dibalas dengan sabar dan mengusahakan segala hal
dengan susah menjadi terlihat ada agar rumah terbawa suasana tawa dan ceria.
Bahkan sesekali ia masih suka berburuk sangka dengan mereka , mengira semua
disembunyikan, semua ditutupi. Jika sepi adalah teman terbaik, mungkin adalah
kado yang diterimanya dari orang yang ia kira itu. Tentu, akhirnya kemauanmu
langsung dikabulkan.
Rumah tak
akan lagi jadi tempat yang ia benci, atau ia hindari. Rumah akan jadi tempatnya
sendiri, merindu pertemuan dan kegaduhan penuh canda. Ia akan lebih memaknai
apa arti berdiri dan tertidur dengan sendiri. Selama ini ternyata banyak hal
yang ia sandari, kelak dia akan tersadar dari bangun mimpi malam yang
menyadarkan bahwa apa yang ia kira salah, apa ia fikirkan jauh dari kata benar.
Ia akan dewasa, dengan caranya.
Jika ia
betah, ia akan jadi manusia yang merdeka dan lebih bermakna. Beberapa keputusan
yang membahagiakan dan menyedihkan akan ia terima langsung dan ada beberapa
jeda waktu untuk mengabarkan, ini akan tegas mengajarkan ia arti lebih teguh
dan kuat dalam berpendapat. Tentunya, ini akan jadi tantangan untuknya sekuat apakah ia mampu?
Jika ia
lelah, ia punya jalan lain untuk pergi, tentu pergi kemudian ia harus lekas
kembali. Sesegera mungkin, dengan atau sudah selesai ia rasa semuanya. Banyak
hal yang harus ia sadari, berlari mestinya bukan cara satu-satunya untuk
menghadapi, dihadapi dengan ikhlas
adalah salah satu cara berdewasa dan berdamai dengan diri sendiri adalah tambahannya. Rentan waktu singkat ini, akan membawanya
pada masa-masa baru, dan akan membawanya pada rumah-rumah baru yang menawarkan
pulang lebih tenang.
Mereka telah hilang dalam pandangannya, melebur dalam
khayal dunianya masing-masing, menawarkan rindu juga pilu setiap malam. Ia pun
masih sibuk mencari rumah untuk sekedar singgah dan meniduri sepi, menawarkan
canda,lalu sering lupa batas untuk sekedar singgah. Kebiasaan buruknya kini
jadi konsekuensinya. Tak ada lagi yang mengingatkan, jika ia lupa nasi di dapur
juga akan segera basi dengan segera.
No comments:
Post a Comment