Di meja persegi dengan siku yang
halus ini aku dipangku dengan lelap, tak terhitung berapa ribu detik yang sudah
kuhabiskan disini. Ditemani oleh beberapa cangkir kopi yang berkali-kali terus
berganti menemani. Jangan ditanya,kenapa aku begitu menggilai kopi di kafe ini
bukan hanya karena kopi ini sudah menjadi sahabat saat setiap tumpukkan tugas
yang aku terima,tapi menurutku kopi adalah hal lebih baik dibandingkan kamu.
Aku tak perlu harus meyakinkannya untuk selalu jadi milikku,malah kopi
menurutku lebih kompleks untuk setiap masalah yang aku terima,ia selalu memberi
solusi tanpa suara.
Aku masih tak begitu yakin entah
berapa jam yang sudah kuhabiskan setelah kelas terakhirku dikampus tadi,yang ku
ingat hanya pengumuman bahwa dosen pengajar hari ini berhalangan hadir dan seketika
kelas dan mahasiswanya hilang berhamburan terbawa semua jerit kecewa. aku kemudian
memutuskan menikmati kopi yang sudah lama tak ku nikmati ini.
Entah berapa puluh pesan masuk
sore ini ke telfon genggam-ku, entah dari berbagai urusan yang coba mengganggu
waktu terbaikku hari ini. Sementara, seorang wanita dengan kemeja dan dibalut
oleh jeans biru dipadu dengan sepatu cats berdiri untuk memesan. Semesta kali
ini seperti mendukungku, aku melihat jelas senyumnya ketika ia selesai memesan
minuman dan beberapa cemilan.
Ia ternyata sudah ditunggu oleh
pria di meja sebrang mejaku, tampaknya ia mulai tahu aku perhatikan sejak ia
membuka pintu kafe ini. Aku pun berpura-pura membuka telfon genggamku sambil
tetap mencuri pandang ke mejanya,
“Aku janji,sekali lagi. Senyumnya
yang terakhir ini dan aku akan berhenti melihatnya” gumamku saat itu.
Aku yang sudah dengan headsfree
dan alunan lagu dari telfon genggamku tiba-tiba saja mendengar pertengkaran,
aku tak begitu yakin dengan apa yang aku dengar. Aku menyaksikan seorang wanita
dan pria sedang bertengkar,sang pria dengan kondisi basah oleh kopi sementara
si wanita menahan tangis dengan memegang pipinya. Tak lama kemudian, si wanita
melarikan diri ke kamar mandi. Sekarang,diruangan ini hanya aku mungkin yang
tak sadar dengan apa yang ku lihat.
Aku belum yakin dengan yang
kulihat beberapa menit lalu, aku memilih membasuh mukaku,setelah ini aku
mungkin akan berkemas untuk kembali. Air yang aku basuh ke mukaku tidak hanya
membasahi rambut atau mukaku,sebagian otakku tercuci bersih setelah ini. Aku
lebih suka menyebutnya, Refreshment.
Aku masih belum sadar, kopi yang
aku minum hari ini lebih banyak dari biasanya. Beberapa buku dan catatan kuliah
yang ku lemparkan dimeja kali ini kubereskan. Setelah aku yakin tak ada buku
yang tertinggal,aku meninggalkan uang untuk menyelesaikan kopi dan semua
pesanan yang kupesan hari ini. Saat aku berdiri,betapa terkejutnya aku seorang
wanita menyodorkan tangannya kepadaku, dengan suara yang begitu lembut ia
berkata,
“Hay,aku Rina...”
No comments:
Post a Comment