menurutku, beberapa kisah yang tak menarik tak perlu repot-repot dibuatkan tulisannya, kukira kau bukan salah satunya. memberi luka juga menawar luka hari lalu dengan cerita manis. terimakasih sudah hadir, kubuatkan surat untukmu. kelak jika kau baca, aku memang se-cemen itu,tidak bisa mengatakannya padamu tapi bersuara di halamanku sendiri saja.
akhirnya aku juga tak mengerti kenapa kau bisa hadir secepat ini, kemudian pergi sesegera itu pula.
mari
aku pertegas sedikit, dalam sehari saja aku bisa melupakan dia karnamu.
harus aku akui, hadirmu awalnya memang untuk melupakannya. memberi cuka
pada luka, melihat bagaimana luka akan kemudian reda atau makin hancur
kemudian.
aku
masih jelas ingat pertama kali kau menelfonku untuk memastikan aku ini
"nyata". hal yang sungguh menggemaskan saat itu, ingin kuputarkan arah
bus yang kutumpangi saat itu, kau takut sedang dikerjai olehku saat itu
katamu. tak lama kemudian kita video call untuk memastikan kembali aku
adalah yang kau kira, dan lagi-lagi kau tidak sedang dibohongi olehku.
sepanjang
perjalanan pulangku, kabarku kepadamu lebih sering dibanding kabarku
pada adik-adikku saat itu. ditemani oleh beberapa film serial netflix
yang sengaja ku download untuk menemani perjalananku ternyata aku lebih
tertarik untuk mengobrol denganmu. sinyal yang buruk menyudahi obrolan
kita malam itu.
sesampai
di kotaku, dengan bangga aku menyimpulkan senyum pada langit kota ini.
dijemput oleh adik laki-lakiku akhirnya aku pulang kerumahku. berpulang
pada rumahku, notifikasi darimu adalah yang paling kutunggu, yang paling
tak ingin kulewatkan.
aku
mungkin akan mengucapkan terimakasih untuk banyak hal yang kau berikan,
dari kabar-kabar menyentuh hati, juga obrolan tengah malam tentang
diskusi-diskusi tentang masa depan.
banyak
hal yang mengesankan pasti darimu, kenapa pula aku menuliskan surat ini
untukmu. bagiku, kau begitu mengesankan begitu penuh arti hadirnya.
mungkin aku saja yang harus masih berdamai dan lebih menyayangi diriku
sendiri sebelum menyayangimu.
ah, iya! ada yang paling kusuka dari beberapa minggu berhubungan denganmu. bisa kau tebak apa itu?
mari kujelaskan saja. aku tentu tak mau tiba-tiba surat ini kau yang melanjutkan.
kau
membangunkanku di makan siangku, iya! saat itu aku makan siang di Mc
Donald dan setelah mengerjakan beberapa pekerjaanku aku tertidur, saat
itu kau kudengar ngomel-ngomel karna takut barang barang yang kubawa
saat itu dicuri oleh orang yang kukenal. tebak, bagaimana responsku
setelah kau bangunkan saat itu? senyum senyum. sepanjang kau berbicara
hanya itu reaksiku, sampai seusai adegan membangunkan itu aku pulang ke
rumah.
mungkin
hal lain yang kusuka darimu; menelfonku setelah sehabis kelasmu. ah itu
sungguh membuatku yang sedari tadi menunggu notifikasimu sungguh lega!
dengan gaya sedikit sok sibuk karna sehabis kelas dan bergegas keluar
kampus kau masih sempat sempatnya menelfonku.
mungkin
hari hari terakhir kita masih bersama adalah canduku. aku masih
membangunkanmu untuk menyantap makan sahur. tebak, kenapa aku nyari tak
pernah tidur dan lebih memlih membangungkanmu sahur? aku suka alunan
suaramu ketika bangun tidur, setelahnya kau tak tersadar kalo sudah
mengangkat telfon, ah aku sangat ingat jelas memori itu.
mungkin
sisa-sisa yang tertinggal di memoriku adalah suara-suaramu, yang sempat
kujadikan favorite di whatsApp-ku, dari ekspresi marah cemburumu sampai
marah-marahmu. semua masih teringat jelas, sangat jelas.
jika
kelak nanti bertemu, atau kau berbahagia dengan yang lain, jangan
bertukar-kabar denganku. jangan pernah. melepas kau pergi saja rasanya
masih begitu keluh seisi kepalaku. apalagi harus menyaksikanmu
berbahagia dengan yang lain. aku bukan gak rela, aku memilih untuk gak
tahu dan gak perlu tahu.
maaf
jika usahaku kurang lebih keras, maaf jika sisi lainku terlalu
menjengkelkanmu. percayalah, jika aku pernah begitu menggilaimu. pernah
begitu mencintaimu.